Kisah Gerak Terus Menerus Di Pengujung Tahun

15.28 Krisna Savindo 0 Comments

     Dari masa ke masa, kedudukan berganti, lingkungan diperbaharui, perpindahan yang beragam ada yang ditinggalkan dan ada yang didatangi, sebgai syarat untuk hijrah.

     Hijrah dalam makna sederhana dalam dasara pergi, ada asal dan ada yang dituju. Dasar tersebut memberikan substansi yang luas sebagai bagian dari kehidupan, karena ada ia bagian dari pilihan. Hijrah tentu saja dapat berjalan setiap waktunya, setiap harinya, setiap bulan serta dengan bergantinya tahun.

     Dalam ruang waktu tersebut banyak aspek yang dilalui, dimulai dari diri sendiri dengan berubahnya kondisi perlawanan yang harus dihadapi meninggalkan keburukan pada diri untuk menemukan jatidiri yang lebih proposional dan komperhensif dengan ukuran kebaikanyang universal dan bermanfaat positif, sehingga tercapailah cita-cita manusia sebagai tahta tertinggi ciptaan sang khalik.

     Ikhtiar untuk hijrah pada diri, sangat mempengaruhi lingkungan yang didalamnya macam ragam sosial masyarakat, orang-orang yang ada disekitar dapat mendukung prosesi hijrah, dan ada pula yang menghambat, banyak warna yang menghiasinya. Setiap kemauan yang keras tentunya juga mampu memberikan kesungguh-sungguhan hati yang melahirkan pilihan pilihan besar dalam hidup, bisa saja dalam bentuk menuntut ilmu yang ingin hati mendapat yang lebih baik, meski jauh negeri yang harus dipijaki, panjang jalan yang harus disusuri, sementara itu banyak hal ikhwal baru yang akan ditemui, yang datang dari apa yang ada diseputaran diri. Sangat sulit untuk acuh pada hal ikhwal tersebut, sebab datang dari unsur yang tidak dapat dikesampingkan dari manusia.

     Berjalan dari waktu kewaktu banyak ruang-ruang yang telah dimasuki, ruang yang mengsi kekosongan aspek-aspek yang sering diabaikan dan juga dianggap penting. Apek tersebut banyak bermanfaat dan menambah pengetahuan serta berguna untuk perbaikan diri. bertambahnya yang diketahui juga menambahkan banyakhal untuk menjadi tidak diketahui. Namun bertambahnya ketidaktahuan tersebut menjadi suatu yang nikmat pula bagi manusia yang selalu mencari tahu. Untuk hal-hal yang dapat disusuri serta dicari jawabannya tentu sangat menyenangkan untuk dijalani, namun bagai mana untuk yang sulit menemukan jawabannya? Kebingungan akan hal tersebut juga tidak mudah untuk diatasi resah akan diri dan delisah menghampiri membuat gejolak yang sulit untuk di atasi. menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang terjawab juga kerap memubuat diri tercengang dan tidak percaya terhadap suatu yang tampak dan nyata, kadang juga ada situasi dimana rasaprasangka yang baik jauh dari apa yang ditemukan saat hal tersebut terjawab.

     Dalam bebrapa sejarah yang tidak asing dan tidak pernah bosan untuk didengarkan tentang hijrah Rasulullah Muhammad s.w.t melakukan hijrah tidak sendiri dalam hidupnya pada saat tersebut Abu Bakar menemaninya, Guru Bangsa Oemar Said Tjokroaminoto didampingi Agus Salim berhijrah. Muhammad hijrah mencari tempat untuk berjuang dalam dakwahnya, Tjokroaminoto dan Agus salim Hijra untuk memberikan perubahan yang baik bagi Bangsanya.

     Hijrah diri dari masa kemasa yang telah dialami juga tidak pernah sendiri, selalu ada saja sahabat dan teman yang menemani, dan juga oran-orang baru yang mengajak, bahkan mengajari tentang hijrah yang fundamental. Hijrah bersama orang-orang baru tersebut dapat dinikmati dari tahun ketahun, bertambah tahun bertambah pula orang baru, bertambah pula saudara ntuk berhijrah, cukup lama dirasa untuk berhijrah besar perubahan yang terjadi pada diri, sehingga membentuk sebuah kesimpulan dalam bentuk syukur sang pemilik panggung nan megah ini.

     Hijrah komperhensif bersama banyak orang dalam bentuk kelompok dengan misi-misi yang tulus dan mulia selalu saja memberikan semangat baru dan terperbaharui, semangat yang melimpah ruah, semangat yang menggebu-gebu dalam ikhtiar yang tidak pernah habis dari tahun ketahun, menjadi suasana yang khas dan tidak akan pernah habis bila kaji berulangkali. Namun Romantisme dalam kemesraan itu tidak pula sama dari waktu kewaktu, banyak hal-hal yang sebenranya sering mengkondisikan kepolosan serta ketulusan untuk berbohong pada diri, mengambil sudut-sudut normatif yang justru menggunjang diri ketika kebearan yang diserukan bersama harus dikesampingkan oleh alasan-alasan sesaat yang hanya dapat diraih sesaat pada waktu fana didunia ini, sementara akhirat yang kita dambakan.

     Suasana yang bersahaja yang hampir berupa jannah tiba-tiba berubah sepihak pada diri karena kebaru tahuan yang tanpa harus dicari diri, namun dipersaksikan langsung oleh indrawi. Hentakan keras terus menkan sesak dada, dengungan dari jerit yang melengking menusuk benak, perih yang dirasakan syaraf membentuk mementum distorsi yang menguras emosi, menahan semangat yang berusaha lari. Apa yang engkau rasakan ketika malaikat yang suci membunuh saudaranya sendiri? Bingung yang membingungkan rasa menolak tidak siap menerima akan jawaban skeptis yang membuat ngilu tulang benulang sesak akibat hentakkan jantung yang sedang digenggam.

     Kesamaan persepsi yang mulanya kebenaran itu akan luhur oleh niat sebagai landasan gerak yang tepat serta akan menghasilkan sesuatu kemaslahatan, harus disaksikan oleh diri langsung akan adanya khinat dalam melakukan peristiwa-peristiwa yang justru malah jauh dari cita. Tontonan yang dipertontonkan itu sangat kontra dengan yang menjadi visi, tatalaksan, seta niat yang telah diperjanjikan. Perjuangan yang harus dilakukan bersama untuk mencapai cita itu justru juga dikesampingkan besama pula. Saat syarat dari ikhtiar itu harus bersama, malah perpecahan yang justru diperbuat.

     Kemana diri harus mengadu, untuk dibantu memutuskan untuk meredam goncangan dahsyat ini, haruskah diri hijra layaknya Rasululullah Muhammad, sebab tidak lagi bersahaja lingkungannya? Atau harus turut ikut dalam panggung megah ini, untuk selalu berganti peran pada setiap episodenya. Dalam tanya yang dipertanyakan ini, untuk saat ini masih dimiliki diri untuk bersabar, tidak pula berharap jawaban pasti, namun semoga akan ada pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul untuk dijawab sendiri, pertanyaan yang beragam dapat memberikan opsi pilhan yang bergam pula untuk dipilih.


     Kepastian bahwa masa akan berganti, tahun akan baru, tidak pula perlu harus berlama untuk merenung, akan ada batas dimana alarm akan memberikan pekik untuk bersegara menentukan perjalan serta ikhtiar hijrah selanjutnya. Semoga kita semua dapat mewujudkan yang masih dianggap utopis namun masih dapat kita visualisasikan dalam imajinasi yang berada dalam kapasisitas impian yang seharusnya masih realistis untuk diwujudkan.

0 komentar: