Advantages and Weaknesses in the Media Intellectual Childbirth

22.48 Krisna Savindo 0 Comments

     Arti penting dan pengaruh internet hanya dapat dinilai dalam konteks riwayat intelektual yang lebih utuh. Seiring dengan sifat revolusionernya, sebaiknya internet dipahami sebagai yang terkini dalam rangkaian panjang peralatan yang membantu membentuk pikiran manausia.


     Pertanyaan penting yang muncul adalah, apa yang bisa di samapaikan sains kepada kita mengenai dampak nyata penggunaan internet terhadap cara kerja otak kita? Pertanyaan ini menjadi subjek banyak penelitian pada tahun-tahun mendatang. Puluhan penelitian yang dilakukan oleh para  pisikolog, pakar neurobiologi, pendidikan dan desainer web mengarah pada kesimpulan yang sama : ketika kita online, kita memasuki sebuah lingkunga yang mendorong pembacaan sepintas, pemikiran terburu-buru dan terganggu, dan pembelajaran yang superfisial. Berpikir secara mendalam ketika berselancar di internet, sama halnya dengan kita brpikir dangkal ketika membaca buku, namun itu bukan jenis pemikiran yang didorong dan diharapkan oleh teknologi.

    Ketika internet diketahui mampu berdampak pada kelunturan otak, mungkin saja akan muncul pemikiran untuk menciptakan sarana yang akan menyambung kembali sirkuit-sirkuit mental secepat dan secermat mungkin, mungki akan menghasilkan sesuatu yg akan bekerja mirip dengan internet. Internet bukan saja di gunakan secara berkala, tapi juga digunaklan secara obsesif.

    Perlu disadari bahawa internet memberikan rangsangan secara indrawi dan kognitif, itulah rangsangan repetitif, intensif, interaktif, adiktif yang memberi dampak yang cepat dan kuat pada fungsi otak. Internet juga merupakan teknologi pengubah pikiran paling ampuh yang di gunakan secara umum setelah keberadaan buku.

    Aktifitas yang kita lakukan selama menggunakan internet, dan juga mengulangi aktifitas tersebut berulang kali dengan kecepatan yang tinggi, termasuk menggeser mouse, cursor, menekan tombol, bahkan mendengar suara-suara yg keluar dari proses-proses yang dilakukan dan lainnya, melibatkan seluruh indra untuk berperan, kecuali indra pembau dan perasa.

     Sifat-sifat interaktif dalam aktifitas berinternet mengubah kita menjadi kelinci percobaan yang terus-menerus menekan tuas untuk mendapatkan butir-butir kecil gizi sosial atau intelektual.
Internet juga mengarahkan perhatian kita dengan kegigihan yang lebih besar, dibandingkan dengan televisi, atau koran pagi. Seperti aktivitas menyimak dengan rutin hal-hal terbaru dari sebuah website atau blog, menunggu dan mengecek email berulang kali,  dan banyak lagi contohnya. Dunia nyata malah tenggelam ketika kita memproses simbol-simbol dan rangsangan yang datang melalui perangkat kita.

     Sifat interaktif  Internet juga memperkuat efek ketakuta akan ketidak eksisan di lingkunga yang ada, dengan sikap mengaktifkan diri, lewat membalas koment, email, melakukan komunikasi .
Kemudian dapat di katakan para pengguna internet melibatakan banyak paradoks, yang menjadi pengaruh jangka panjang di sebabkan oleh kefokusan terhadap internet lewat ajakan perhatian terhadap monitor, gambar dan lainnya, yang ada pada internet, namun pada sisi lain para pengguna merasa terganggu dengan pengiriman pesan dan tumpang tindih dengan amat cepat.

     Internet juga memanjakan kita terhadap haus akan informasi yang berharap dibanjiri dengan banyak informasi. Internet  juga menawarkan selingan yang banyak di dalamnya, yang dalam suatu sisi selingan ini memiliki manfaat yang baik, sebab dalam sebuah pengalaman dalam disaat seseorang fokus dan masuk dalam sebuah masalah malah membuat orang tersebut terpengkap di dalamnya. Akan tetapi dengan kita tidak terfokus dalam hal membiarkan masalah tersebut, maka akan membuatkita dengan baik menghasilkan ide atau penyelesaiyan dengan perspektif baru, dan membangkitkan kreatifitas. Dalam sebuah penelitian oleh Ap Dijksterhuis, seorang Psikolog Belanda, menunjukan bahwa pengalihan perhatian terhadap waktu pemikiran bawah sadar untuk menangani suatu permasalahan, untuk memberi suatu informasi dan proses kognitif bagi keleluasan sadar. Biasanya kita akan mengambil keputusan  yang lebih baik.

     Penelitian lain, menemukan sebuah penjelasan mengenai perbedaan membaca halaman web dan membaca buku. Perbedaannya terletak pada pola aktivitas otak, secara singkat jika membaca buku aktivitas otak lebih dominan menggunakan bagian yang di asosiasikan pada bagian bahasa, memori, dan pemrosesan visual, tapi dalam membaca buku tidak banyak aktivitas di wilayah prafrontal yang di asosiasikan dengan pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.  Sebaliknya bagi para pengguna internet justru mengfungsikan secara keseluruahan, dan hal tersebut dapat membantu pikiran-pikiran orang tua lebih tajam.bahkan penelusuran yg dilakukan sama halnya melatih otak seperti mengerjakan teka teki silang. Juga selain hali ini, para pengguna internet membuat aktivitas dalam pengambilan keputusan lebih banyak, yang mana seseorang berhenti dalam hitungan detik untuk mempertimbangkan atau memutuskan pengklikkan suatu link atau tidak.

     Internet nenberikan kita akses instan ke perpustakaan informasi yg baru dalam hal ukuran dan ruang lingkupnya, serta membuat kita mudah mencari-cari di perpustakaan itu untuk menemukan, kalaupun tidak sama persis dengan apa yang kita cari, sekurang-kurangnya sesuatu yang cukup memadai untuk kepentingan sesaat kita. Yang berkurang pada dalam internet adalah jenis kebutuhan primer Jhonson : kemampuan untuk menegetahui, secara mendalam, sebuah subjek untuk kita sendiri, untuk membangun dalam pikiran kita sendiri kemampuan koneksi yang kaya dan aneh untuk melahirkan suatu kecerdasan tunggal.

From : The Shallows-Nicholas Carr

0 komentar:

Conviction for a Dream

13.58 Krisna Savindo 0 Comments

    Cita.cita, lebih lekat pada anak kecil, lebih kurang dimulai pada saat seorang anak berumur empat tahun sudah di perkenalkan dengan cita-cita, seringnya cita-cita diperkenalkan lewat kalimat tanya, kalau sudah besar mau jadi apa? Sangat sedikit yang memahamkan apa itu cita-cita.

    Hampir seluruhnya orangtua senang apa bila mendengar anaknya menyebutkan cita-cita mereka, tapi juga banyak orangtua yang lupa terhadap cita-cita anaknya saat anaknya berada pada fase perkembangan, lupa yang saya maksud adalah lupa untuk memberi stimulus terhadap cita-cita tersebut.

     Disisi lain juga banyak orang tua yang tidak lupa memberi stimulus terhadap hal tersebut, hal ini disebabkan pada saat anaknya kecil ditanyai mengenai cita-cita malah bingung untuk menjawab, bukan karena tidak mengerti mengenai yang dimaksud dengan cita-cita tersebut, namun benar-benar tidak tau, mau jadi apa saat besar nanti. 


     Begitulah aku, yang hingga memilih dan kuliah di jurusan Manajemen di suatu Universitas juga belum mengetahui mau jadi apa nantinya, padahal sku sudah besar. Minat dan bakat ku seluruhnya hampir setengah-setengah, tanpa ada bagian-bagian kongkrit satupun. Pertanyaan yang muncul, bagai mana nasib mereka kedepan yang tidak punya cita-cita?, termasuk nasib ku.

     Waktupun terus berjalan, sedikit demi sedikit terus berlalu, aku pun tidak begitu ingat semenjak kapan kata cita-cita  telah jarang ku dengar dan ku sebutkan, begitu juga dengan kata-kata mimpi yang mulai lebih sering kini ku dengar. Dengan kata-kata mimpi tersebut aku mulai menjadi lebih punya gambaran kedepan, hanya saja ada perbedaan antara cita-cita dan mimpi, yang mana cita-cita lebih mengarah pada suatu profesi.

     Saat SMA aku mulai mengenal yang namanya mimpi, dan juga sering ku dengar kalimat-kalimat teruslah bermimpi. Kalimat-kalimat tersebut bagi ku sebuah kalimat perintah yang selama ini hanya mampu kuwujudkan dalam fikiran ku, terlebih saat mendengar sebuah lagu Ost. dari sebuah film yang sanagat menginspirasi bagi ku, Dari mimpi-mimpi lah aku memulai semuanya. Pada saat aku mulai bermimpi, mimpi-mimpi itu tidak begitu jauh terbayangkan, yang saat itu aku hanya mampu bermimpi beberapa saat kedepan.

     Mimpi-mimpi jangka pendek yang ku miliki pada saat itu juga tidak begitu pasti dapat terwujud, penyebabnya adalah mimpi-mimpi itu ku gantungkan kepada orang banyak, yang menjadikan untuk mewujudkannya membutuhkan dukungan dari orang lain, yang mengakibatkan mimpi-mimpi itu menjadi rencana jangka panjang untuk dapat merealisasikannya, terlepas disisi aku yang tidak berusaha untuk mewujudkannya, namun disaat mimpi itu mulai pudar, saat itu pula mimpi tersebut datang dalam bentuk tawaran, disaat aku sudah tidak punya kepercayaan akan dapat menyatakan mimpi-mimpi tersebut. Dalam hal menghargai mimpi-mimpiku, tawaran tersebut ku terima setengah hati, pada akhirnya dengan keikhlasan, kini akau menikmati mimpi-mimpi tersebut.

     Cerita yang saya sampaikan beberapa paragraf di atas tadi hanya sebagai bentuk contoh pengalaman, selanjutnya saya akan kembali mencoba berteori yang sulit untuk menemukan pada buku-buku yang ada.

     Mimpi adalah sebuah kata kerja yang tidak nyata, ketika bermimpi maka yang bermimpi sedang melakukan pekerjaan mimpi tersebut. Bermimpi dapat dibagi menjadi dua jenis, pertama; Bermimpi dalam kondisi tidak sadar, baik terjadi dalam kondisi tidur, maupun dalam kondisi dibawah pengaruh alkohol. Kedua; Bermimpi dalam kondisi sadar, dimana dalam bermimpi dengan sadar membayangkan secara nalar akan suatu hal di masa depan.

     Sedikit menegaskan walaupun bermimpi dalam kondisi sadar ada hal-hal yang tidak boleh engkau mimpikan misalnya bermimpi ingin menjadi Power Ranger, atau Satria Baja Hitam, kalau hal ini anda bisa dikatakan lagi ngimpi, heheheh...

    Yang akan dibahas selanjutnya adalah jenis bermimpi kedua, Bermimpi dalam kondisi sadar. Point penting dalam Bermimpi jenis ini adalah gratis, ingat bermimpi itu Gratis, jadi bermimpilah sesuka mu, tidaka akan ada orang yang melarang, dan tidak akan dikenakan pajak oleh pemerintah.

    Dalam Bentuk proses bermimpi jenis pertama dengan jenis kedua, dibedakan dalam bentuk tahapan yang terjadi, jenis bermimpi pertama terjadi itu berasal dari alam bawah sadar, yang tak jelas sebab akibat hal itu berasal dan muncul disaat anda tidur dengan lelap. Untuk jenis yang kedua terjadi berasal dari informasi melalui penglihatan dan pendengaran yang di proses dengan nalar melalui fikiran, saat proses itu berlangsung tanpa kita sadari perlahan tapi pasti semuanya akan masuk ke alam bawah sadar kita, maka jadilah dia sebuah mimpi.

    Lalu apa yang terjadi?, mimpi-mimpi anda yang sudah tersimpan dalam alam bawah sadar, akan muncul melalui sikap dan tindakan, yang mengantarkan anda untuk mewujudkanya.

    Jadi mulai hari ini cobalah bermimpi sebaik mungkin, baik untuk sebulan kedepan, setahun akan datang, dan jauh ke masa depan anda.

    Dalam sikap dan tindakan yg muncul, baik sadar atau tidak, juga tidak semudah dan semulus melintasi jalan tol, banyak medan yang harus di tempuh, dan banyak masalah yang harus dipecahkan, ada suatu hal yang mampu mengatasi semua hal-hal yang akan muncul nantinya, semua keinginan yang diwujudkan dalam mimpi-mimpi kita, butuh bahan bakar untuk dapat memacu mimpi tersebut terwujud, yang paling penting adalah sebuah keyakinan, yaitu keyakinan diri untuk mampu mewujudkannya, sebagai penentu, yang akan berubah menjadi semangat perjuangan tak berujung, yang tidak akan berhenti hingga anda mampu mencapainya.

    Begitulah sebuah mimpi yang membutuhkan keyakinan, anda yakin bisa, maka anda akan mampu mewujudkannya.

Yakin Usaha Sampai...!

0 komentar:

Islam and Intellectual

06.16 Krisna Savindo 0 Comments

     Islam sepanjang sejarah peradabannya telah memberi kontribusi  positif dalam perjalanan ilmu itu sendiri, ada yang patut dicontoh untuk membangkitkan intelektual muslim pada saat ini,  pada saat abad pertengahan sains Islam sangat maju.



     Ada delapan faktor yang membuatnya sangat maju, Yaitu :
•    Pertama, peran kesadaran religius sebagai daya dorong untuk menuntut sains dan teknogi.
•    Kedua, ketaatan pada syari’ah mengilhami studi atas berbagai ilmu.
•    Ketiga, kelahiran dan kebangkitan gerakan penerjemahan besar-besaran yang bertahan selama beberapa abad.
•    Keempat, suburnya filsafat yang ditunjukkan pada pengajaran, kemajuan dan pengembangan ilmu.
•    Kelima, luasnya santunan bagi aktivitas sains dan teknologi oleh para penguasa dan wazir.
•    Keenam, adanya iklim intelektual yang sehat sebagai mana yang diilustrasikan fakta sejarah.
•    Ketujuh, peran penting yang dimainkan oleh lembaga-lembaga pendidikan dan ilmiah, terutama dengan adanya universitas-universitas.
•    Kedelapan, keseimbangan yang dicapai oleh perspektif-perspektif intelektual islam yang utama.

     Tibalah saatnya untuk mendiskusikan umat islam terhadap ilmu pada masa sekarang ini. Sains menempati posisi paling lemah di dunia islam, dominasi ortodoksi agama dan semangat intoleransi yang menguat di dalam masyarakat islam merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas musnahnya lembaga ilmu pengetahuan yang pernah jaya dalam islam.

     Umat Islam saat ini harus menghidupkan etos intelektual untuk menguasai ilmu pengetahuan dan memperjuangkannya. Ada tiga faktor perlunya ilmu pengetahuan bagi umat islam. Pertama, pengetahuan dari suatu ilmu merupakan persyaratan pencapaian tujuan-tujuan islam sebagai mana dipandang oleh syari’ah, maka mencarinya menjadi sebuah kewajiban. Kedua, masyarakat yang dikehendaki oleh Al-Qur’an adalah masyarakat yang agung dan mulia, bukan masyarakat yang takluk dan bergantung pada orang-orang kafir. Ketiga, Al-Qur’an Menyuruh umat islam untuk mempelajari ilmu pengetahuan, penciptaan alam, keajaiban-keajaiban alam, agar umat islam mampu merekayasa dunia ini sesuai dengan kehendak Allah.

     Dari fakta faktor-faktor di atas HmI seharusnya sudah bisa meberikan stimulus atau rangsangan pada kader-kader HmI, agar mampu dan berani berdiri di garda terdepan dalam mengusung ilmu dan menjadi seorang intelektual muslim.

0 komentar:

Thinking Demands in Islam

05.37 Krisna Savindo 0 Comments

      Kemampuan tafakkur  menjadi salah satu ciri paling penting, bukan hanya membedakan manusia dengan makhluk lain, tetapi juga  memenuhi syarat untuk melaksanakan peran penting sebagai pembangun peradaban dan pembawa misi. Tafakkur adalah istilah arab untuk berfikir, tafakkur menjembatani persepsi dan konsepsi dari kehidupan dunia ini ke akhirat dari makhluk ke penciptanya, Allah SWT. Tafakkur dapat memotivasi aktivitas eksternal dan internal.(Jamal Badi & Mustapha Tajdin : 2007)

    Berfikir menjadi landasan dan modal utama untuk membangkitkan bibit-bibit intelektual, serta memacu semangat untuk terus mau berlomba menyerap ilmu pengetahuan yang dapat memberikan penyelesaian masalah.


    Berfikir dalam islam adalah salah satu aktivitas yang selalu di tekankan dalam kehidupan, agar mampu menemukan suatu kebenaran. Dalam sebuah pilihan jalan kehidupan untuk setiap umat dan hambanya, ada beberapa bahasa dari Al-Quran yang sering mengacu pada pemahan atas berfikir seperti:
1.    Nazhar (Memperhitungkan, Memikirkan, Memerhatikan)
2.    Tabashshur (Memahami)
3.    Tadabbur (Merenungkan)
4.  Tafaqquh (Memahami sepenuhnya, Sungguh-sungguh mengerti)
5.    Tadzakkur (Mencamkan dalam Fikiran atau Hati)
6.    I’tibar (Belajar memahami atau memetik pelajaran)
7.    Ta’aqqul (Menggunakan pikiran dengan benar)

      Dari kata-kata yang ada di atas, tertuliskan dalam (Q.S.Yunus [10]:101) “Perhatikanlah  yang ada di langit dan di bumi.” (Q.S.Al-Baqarah [2]: 221) “Dan Dia menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mencamkan dalam pikiran.” Ada juga penegasan bahwa di saat berfikirpun harus dengan benar. “lalu apakah mereka tidak pernah melakukan perjalanan di muka bumi agar mereka menemukan kebijaksanaan dan menyebabkan telinga mereka mendengar.” (Q.S.Al-hajj [22]: 46)

     Meredupnya intelektual dari HmI di sadari sejak 50 tahun umur HmI, punahnya tuntutan berfikir dari diri kader HmI berdampak pada hilangnya ketertarikan dengan suasana intelectual exercises dalam forum diskusi.(Drs.H. Agussalim Sitompul : 1997)

      Mengembalikan tuntutan berfikir dalam setiap diri kader akan memberikan stimulus dalam pengaktifkan saraf-saraf yang mampu memulihkan semangat untuk menanggapi problematika dan dinamika yang berlangsung, sehingga dalam menanggapi dan menyikapinya akan menimbulkan sebuah forum diskusi yang menampung berbagai macam pemikiran-pemikiran yang dapat di kristalisasi bersama.

0 komentar:

Restore the HMI as Rahim Muslim Intellectual

00.02 Krisna Savindo 0 Comments

     Mahasiswa sebagai agen of change lah harapan bangsa, insan terdidik, kritis, dan berwawasan yang relatif lama berproses  dalam dunia pendidikan. Mahasiswa memiliki peran dan posisi strategis dalam perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara yang mampu membuat perubahan dan mengarahkan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik.

     Pada saat sekarang potensi yang dimiliki mahasiswa tidak lagi dimanfaatkan kepada bangsa ini. ketakutan mengolah pemikiran mejadi sebuah ideologi, menurunnya intelektual, dan tidak menariknya wadah-wadah yang mengeksplor kemampuan dan peran mahasiswa menjadi penyebabnya. Sehingga mahasiswa menjadi followers yang tidak begitu bermanfaat bagi individu mereka apalagi untuk bangsa, negara dan masyarakat, tercermin dalam rutinitas mahasiswa saat ini yang kesehariannya beraktifitas hedonis, seperti mahasiswa yang mengobati kejenuhanya dengan mencari hiburan seperti dugem, dan macam kegiatan lainnya.

     Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai salah satu organisasi mahasiswa tidak lagi menarik di mata mahasiswa-mahasiswi saat ini. Dapat dilihat dari jumlah perekrutan dari tahun ke tahun. HMI belum menjawab tantangan zaman, saat ini, HMI masih meneruskan perputaran yang dijalankan kader-kader terdahulu melupakan perubahan zaman di mana mahasiswa saat ini lebih berfikir pragmatis jika tidak ada hal yang kongkrit diterimanya maka mereka tidak akan pernah mau mengkutinya. Kader-kader terdahulu sadar akan meningkatkan kualitasnya, sehingga tidak perlu membuat aktivitas yang memberikan stimulus dengan intens
    Seharusnya HmI telah tumbuh dewasa dan matang sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan yang bertanggung jawab atas terwujud masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Bukan malah kehilangan progresifitas ditengah terjadinya degradasi kaum intelektual muslim yang di butuhkan oleh bangsa ini. HmI yang belum mampu menjawab tantangan zaman, dengan kondisi mahasiswa di zaman ini yang tidak begitu berminat untuk berhimpun di HMI dan mahasiswa yang berfikir terlalu pragmatis, megakibatkan sulitnya HMI untuk melahirkan intelektuat-intelektual muslim, yang mana bagian dari modal mewujudkan insan cita dan juga akan diteruskan menjadi masyarakat cita.
     Minimnya minat kader dalam meningkatkan kualiatas diri akan pengetahuan dan wawasan, mengharuskan HMI mengembalikan wujud keintelektualan diri kadernya, untuk memunculkan semangat kader HMI dalam aktivitas yang meningkatkan  wawasan dan pengetahuan, agar HMI kembali melahirkan intelektual-intelektual muslim.

     Upaya dan usaha dalam mewujudkan kembali khitah HMI, yang sejatinya pernah mampu mewujudkan dirinya sebagai rahim Intelektual, harus melakukan muatan dan komitmen untuk mencapai hal tersebut.


Upaya pengukuhan pribadi insan akademis pada setiap kader HmI, sebagai salah satu usaha yg mendasar yang mana seharusnya dapa menjadikan HMI wadah yang terlihat sebagai tempat mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, dan wawasannya baik untuk kuliah maupun diluar perkuliahan, agar ketertarikan mahasiswa-mahasiswa untuk ikut besama-sama meningkatkan kualitas diri akan menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas Intelektual.

     Selanjutnya perlunya penanaman sebagai mental untuk meningkatkan pengetahuan seluas mungkin, dengan mengasanya dengan terus berfikir. Karena berfikir menjadi salah satu aktivitas yang dimiliki kaum intelektuak, juga sudah di tekankan dalam Islam. Tuntan berfikir menjadi pengamalan bagi kader-kader HMI sebagai mahasiswa Islam.

     Ilmu pengetahuan juga menjadi hal yang paling dibutuhkan. Besarnya ilmu pengetahuan seorang kader memberikan stimulus dalam proses pembentukan intelektualnya, yang mana ilmu pengetahuan bekal untuk mencari kebenaran yang mutlak. Kemudian selain itu pula perlu memberi kesadaran akan wajib hukumnya bagi setiap Muslim untuk menuntut Ilmu.

Dalam memunculkan pemikiran-pemikiran baru, upaya terletak pada kebebasan berfikir, yang memiliki perspektif yang luas. Kebebasanpun harus di dorong oleh keberanian melawan yang salah, dan berani tunduk jika kebenarannya datang.

     Melalui pemikiran-pemikiran kader HMI, kader tersebut mampu membentuk dan menciptakan konsep atau sistem untuk diperjuangkan kader-kader HMI dan mampu membawa Ideologi yang dapat mendatangkan sebuah perubahan untuk kebaikan nantinya. Oleh sebab dalam  Islam, sebuah  keintelektual telah memberi kontibusi yang positif pada perkembangan ilmu, namun keadaan yang semakin mundur pada saat sekarang HmI harus mampu mengembalikan etos intelektual kedalam dirinya, sehingga HMI kembali ke khitahnya sebagai Harapan Masyarakat Indonesia dimana dibuktikan dengan lahirnya Intelektual-intelektual muslim dari HMI.

     Poin Penting dari hal-hal perlu di perhatikan HMI untuk berbuat dan memastikan dapat melakukan hala-hal sebagi berikut :
•    HmI harus kembali menanamkan nilai-nilai agama yang menuntut kader-kadernya meningkatkan akademis, sebagai langkah awal untuk menjadi intelektual.
•    Waktu untuk terus mengeksplor kemampuan meningkatkan intelektual masih banyak dan tidak ada yang tidak mungkin, karna islam sudah pernah membentuknya di masa lalu, kita hanya perlu mengulangnya kembali.
•    Komisariat menjadi tempat berjuang, dalam lingkup perkrutan dan pembinaan, sudah harus memiliki kegiata-kegiata seperti diskusi, bedah buku, serta mewajibkan membaca buku yang akan di tindak lanjuti nantinya dengan intens,  yang meningkatkan perkuliahan, kualiatas wawasan dan ilmu pengetahauan anggota dan kadenya, dan sudah dapat menghasilkan tulisan-tulisan dari segala jenis ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagai bentuk nyata, perkembangan dan progres yang dimiliki anggota dan kader HmI.
•    Tingkat cabang seharusnya memperjelas fungsinya sebagai bagian dari pengkaderan, maka dari itu cabang harus mampu mewadahi dan memfasilitasi forum-forum diskusi sistematis yang mengkutsertakan seluruh komisariat sekawasan.
•    Pengurus Besar HmI menurt saya sudah bisa memperjuangkan nilai nilai pemikiran-pimikiran dari intelektual muslim yang lahir dari HmI nantinya.
•    Teruslah berusaha dan berjuang jangan pernah berhenti, jadikan intelektual menjadi karakter HmI kembali, berhentilah di saat dipisahkan dengan dunia.

0 komentar:

Himpunan Mahasiswa Islam as a Forum for Fostering

02.12 Krisna Savindo 0 Comments

     Banyak hal-hal romantisme yang mampu menghanyutkan kita dalam arus nostalgia, yang membuat kita terbuai tanpa sadar dengan cerita kiprah suksesnya HMI dalam mencapai kejayaannya, namun hari ini pandangan harus berpaling dari pandangan kebelakang, agar pandangan kembali meliahat kedepan, dan sejarah cukup di jadikan motivasi untuk bergerak menjadi generasi yang unggul pada saat ini.



     Himpuan Mahasiswa Islam yang disingkat HMI, berperan sebagai wadah, hadir sebagai instrumen dalam hal menfasilitasi mahasiswa yang memiliki latar belakang manapun mau dari Muhammadiayah, Nahdatul Ulama, Ahmadiyah, Ahlulsunnah Waljam'ah, Baik Sunni mapun Syi'ah, semua boleh berhimpun di HMI, yang penting Islam dan semangat dan mau belajar dan berproses, untuk meng up Grade potensi-potensi dalam dirinya, agar dapat menjadi insan cita.

     Dalam mitologi sastra jawa yang kita kenal dengan Gatot kaca yang tidak jauh beda kemampuan nya dengan tokoh komik Super Man, hal yang meanarik dari Gatot Kaca adalah, ia pada dasarnya tidak memiliki kemampuan lebih, namun berkat kesungguhan dan kemauan untuk menempah diri di Kawah Candradimuka, banyak perubahan yang terjadi pada dirinya dan kemampuan yang luar biasa. Untuk dapat menghasilkan Insan Cita, HMI lahir pada tahun 1947 sudah menjadi Kawah Candradimuka.

     HMI Kawah Candradimuaka Mahasiswa telah banyak mewadahi para mahasiswa untuk berproses menempah diri mereka untuk dapat menjadi apa yang mereka inginkan. Apapun keinginkan mereka yang berhimpun di HMI, tujuannya tetaplah Terbinanya Insan Aakademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam, dan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang diRidhai ALLAH SWT.


     Sebagai  wadah yang memfasilitasi, banyak proses yang sudah menjadi aturan dalam HMI yang harus di Ikuti oleh peserta yang siap untuk dibina Salah satunya mengikuti Masa Perkenalan Calon Anggota, dengan mengikuti MAPERCA mahasiswa tersebut dapat memiliki status menjadi anggota muda HMI, kemudian untuk menyelesaikan tahapan pembinaan kesadaran dan sikapa sebagai anggota HMI maka perlu mengikuti Basic Training, dan akan mengemban status menjadi anggota Biasa, dan banyak lagi proses yang lain untuk dapat mengembangkan diri, layaknya seperti mempelajari persilatan untuk mendapatkan suatu jurus maka harus melalu pembelajaran jurus-jurus sebelum nya terlebih dahulu.

    Di HMI anggotanya diberi penanaman modal yang sangat mendasar untuk dapat proses, Hal tersebut dapat memberi stimulus kepada anggotanya dalam melakukan aktifitas. Hal yang paling mendasar tersebut adalah, Bersyukur dan Ikhlas, bersyukur atas apapun yang di peroleh, untuk ikhlas menerima dan memberi apapun, agar segala sesuatunya tetap diridhai ALLAH SWT.

0 komentar:

Restore the Identity of Mahasiswa

06.43 Krisna Savindo 0 Comments

     Bukan status sebagai mahasiswa yang di maksud dalam hal ini, dan juga bukan identitas simbolis yang akan di kembalikan dari diri mahasiswa.

      Berawal dari fase klasifikasi dari manusia yang biasa di sebut dengan pemuda, bukan remaja, atau orang dewasa. Adapun penggunaan kata pemuda ini melekat kepada orang yg berumur 18 hingga 38 tahun.

     Ada sesuatu hal yang spesial dengan pemuda, di mana saat masa orde lama, para tokoh pemuda biasanya sering di sapa dengan Bung, seperti sering kita dengar Dwi Tunggal Indonesia yang pertama kali, lebih akrab disapa dengan Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sahrir, dan banyak tokoh lainnya, bahkan seorang Natsir pun sempat di sapa Bung Natsir. Sentralnya posisi pemuda sangat strategis sebagai penggerak yang sangat efektif, yang memiliki semangat lebih dalam memperjuangkan sesuatu, seperti yang di sampaikan DR.Yusuf Qadhawi.

     Namu ada satu hal yang harus kita ketahui bersama bahwa, kelas pemuda juga terbagi-bagi kembali, salah satu nya pemuda sebagai mahasiswa. mereka lah yang di negri ini yang nyata elitnya sebagai sebuah generasi, dimana hari ini belum banyak pemuda yang mendapatkan peluang untuk menjadi mahasiswa.

     Seharusnya posisi sentral yang dimiliki mahasiswa, menjadi posisi yang paling strategis dalam mengontrol sosial masyarakat, dan mengontrol perubahan sosial. Pemuda yang mendapat pendidikan tinggi, punya tanggung jawab sosial yang besar.

     Selain memiliki tanggung jawab besar tersebut sebagai identitas mahasiswa yang memiliki karakter khusus sebagai pemuda yang berideologi yang muncul dari memiliki intelektual lebih untuk melahirkan ide-ide yang akan menjadi solusi bersama dari permasalahan bersama.

     Mahasiswa juga secara identitas tercermin dari karakter dan sikap. Salah satunya karakter beridealisme yang kuat mewujudkan sikap yang yang berpendirian teguh terhadapa apa yang dipercayainya, bukan dari pengaruh orang lain, dari hal ini pula munculnya independensi dari mahasisiwa.

     Untuk menjadi mahasiswa yang beridentitas seperti hal-hal yang di paparkan tersebut harus mengikuti atau menjalani proses untuk dapat terlahir menjadi mahasiswa secara utuh.

Pertanyaannya proses seperti apa yang harus di lalui oleh mereka?

     Untuk dalam tulisan ini saya tidak akan menjawab hal  tersebut, biarlah mereka para mahasiswa yang mencari sendiri wadah atau instrument yang sesuai dengan diri dan apa yg di cari.


     Namun dalam hal ini paling penting dipahami adanya pola awal sebagai sesuatu yang mendasar agar dapat mengantar pada proses yang membentuk sebagai mahasiswa.

    Manusia dari kecil cendrung sulit mengontrol unsur dari keinginan dari sisi hawa, seperti keinginan dari kesenangan yang berfikir didasari enak dan tidak enak hal ini adalah suatu kewajaran bila berada pada waktu yang tepat. Namun sangat tidak tepat apa bila hal tersebut masih terdapat pada diri mahasiswa, sebab seharusnya mahasiswa sudah harus berda pada fase estetika, yang mengedepankan sikap dan perbuatan, yang didasari pertimbangan benar salah dan baik buruk dari suatu hal yang akan di lakukannya, apakah hal itu bermanfaat atau tidak, sehingga, sebagai mahasiswa yang berestetika tinggi menghasilkan, aktivitas positif.

0 komentar:

Twenty Two Years on Earth

14.05 Krisna Savindo 0 Comments

Tak pernah dijanjikan pada ku sesuatu yang menyenangkan, tidak pernah pula hal yang tidak menyenangkan.

Tidak ku sadari keterpaksaan dan juga bukan kemauanku sendiri. tidak pernah sesadarku berjanji, atau terpaksa untuk berjanji. Tidak ada pilihan untuk ku, dan taksadar ku terlahir.

Tidak siap untuk menolak, bukan materil yang menjadi amanah, sebelum aku menjadi aku, tak bernama dan tak berwujud.

Suatu Seni rupa dan berterapan Ciptan Maha Karya, lekat kesempurnaan dengan amanah yang harus diisi dari kekosongan ruang karya yang tiada tara sehingga wujud dari kebebasan bersikap dan bertindak dapat terwujud menjadi representatif perwakilan sang Khalik fil Ardi.

Gelap gulita, hanya harapan yang bercahaya, hanya bisa menunggu, tak tau apa yang terjadi di luar sana. Proses adaptasi dalam lingkungan baru, bersabar menanti kenyataan akan kebebasan.

Hal ini tentang 22 tahun yang lalu, namun bukan untuk 22 tahun yang lalu, hanya saja momentum setelah 22 tahun setelah itu.

Energi tanpa batas disusupkan kedalam bangkai yang belum sedikitpun siap untuk menjadi representatif akan tugasnya mengawal kehidupan bersosial. Walaupun utntuk dapat menjadi bangkai saja butuh perjuangan besar mengalahkan makhluk yang tidak kasat mata untuk membuktikan kelayakan sebagai yang unggul, tetaplah bangkai yang tidak berdaya, seonggok daging yang akan menjadi mhakarya yang tak dapat tersaingi dalam penciptaannya.

Energi yang luar biasa tidak terbatas tersebut harus pula beradaptasi dalam lingkungan yang baru, penyesuaian control akan pengaktifan generator kehidupan yang kelak harus terhubung antara akal dan qalbu.

 Proses perkembangan yang cukup lama juga sanagt sulit untuk dijadikan tolak ukur kesempurnaan, dan juga singkatnya waktu, tidak pula menjadi faktor penentu akan wujud dan mental yang baik, hal ini hanya membutuhkan waktu yang pas, entah karna sebuah dorongan atas perintah yang menciptakannya, atau dasar rasional dan logika yang belum sama sekali di mengerti.

Pada waktu yang tepat, manusia terlahir, terlahir sebagai salah satu makhluk, yang cukup lama pertumbuhannya dibandingkan makhluk lainnya, pada saat ia lahir makhluk ini hanya bisa menangis, kemudian mulai pandai tersenyum dan berlanjut dengan kepandaian-kepandaian yang lainnya.

Namun bukan hal tersebut yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini. Saat makhluk ini lahir, seketika iya menjerit menangis, entah isyarat apa yang ia samapikan dengan bahasa tubuhnya, entah gamang karena cahaya yang menyilaukan, atau suara-suara yang menyengat pendengarannya, apakah aroma darah yang begitu pekat didunia ini, jangan-jangan karna air yang menyentuh kulitnya karna belum terbiasa......

Entahlah, semuanya telah berlalu, namun belum kuketahui jawabannya. Tapi ada pertanyaan yang muncul belakangan ini, setelah hidup 22 tahun lamanya, aku baru sadar akan hal ini, kenapa aku tidak ingat sama sekali, apa tujuan aku dilahirkan, apa kontrak  amanah yang ku sepakati untuk aku emban, saat aku sebagai jiwa.


Bagai mana aku dapat menjalankan tujuan aku dilahirkan, tujuan aku di utus ke muka bumi ini, semanatara sedikitpun aku tidak ingat. apa memang proses tumbuh, berkembang yang membuat aku sebagai manusia lupa semuanya, atau hilangnya semua akan itu semua yang ku tangisi saat aku di lahirkan.....

Kesalnya pada diri sendiri, kenapa pertanyaan ini baru hari ini terfikir oleh ku, disaat kerinduan untuk kembali ke pangkuannya baru aku renungkan, apakah mungkin kesadaran ini memang sebuah ketentuan akan waktu yang juga dialami setiap orang? bagai mana dengan mereka yang tak sampai masa hidupnya dengan ketentuan waktu yang sudah ditetapkan? 

Jawaban dari pertanyaan ini semua memang tidak dapat ku pertanyakan saat ini, karena hanya Dia yang maha akan mendengar dan melihatlah yang memiliki kapasitas untuk menjawab ini semua, aku hanya mampu mencari lembaran-lembaran kehidupan untuk semakin lebih dekat dengan Dia yang menciptakan ku. 

Beberapa hal yang kusukuri dalam hidupku, aku terlahir dari dua manusia yang membukakan jalan-jalan yang gamang untuk dilalui orang banyak. Kusyukuri akan semua pilihan yang kuambil memberikan pelajaran-pelajaran yang luar biasa. Kusyukuri pula aku berjumpa dengan orang-orang yang tepat untuk ku jumpai. Juga kusyukuri bahwa hari ini aku menemukan tempat serta kelompok yang mampu merasionalkan pada ku kenpa aku harus tetap hidup tanpa harus pesimis sedikitpun.

0 komentar:

Memutus Elegi Pagaruyung

15.10 Krisna Savindo 0 Comments

     Hari itu Rabu 22 Juli 1818, Thomas Stamford Raffles, melakukan expedisi budaya ke Pagaruyung, di pedalaman Sumatera. Menurut catatan sejarah dia menyaksikan reruntuhan Istana Pagaruyung diantara rumpun tebu dan pohon beringin tua di nagari Saruaso, di tepi Sungai Ameh, di punggung Bukit Barisan. 

     Thesis ini menahan diri untuk tidak terperangkap oleh logika sebab-akibat dalam konteks Perang Paderi yang telah melantunkan "elegi Pagaruyung" sepanjang sejarah negeri Minangkabau.


     Pagaruyung, kerajaan legendaris Hindu-Melayu, pernah diperintah oleh Bundokandung, seorang wanita bijaksana dan visioner, yang  konon pernah tinggal, malang-melintang di kerajaan Mojopahit. Maharatu Bundokandung dipercaya telah mewariskan budaya matriarkat, suatu sistem kekerabatan berbasis garis keturunan dari ibu ke anak perempuan di seantero negeri Minangkabau.

     Apakah matriarkat dapat dirujuk kepada Al-Quran?  Ya, orang Minang berlatar alam  Minangkabau menjawab pertanyaan. Logika akal bertaut dengan kecerdasan iman dalam kemerdekaan berpikir, akan menemukan kebenaran yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran sepanjang nilai-nilai luhur Rahmatanlilalamin.

     Matriarkat ibarat  sirih dalam carano tua di anjungan rumah gadang. Carano makin berlumut. Sirih tumbuh subur di halaman. Ketika makan sirih dilabel "haram", sirih tetap ada dan exist dalam carano adat. Itulah matriarkat.

     Selama lebih satu abad setelah Perang Paderi, perempuan Minangkabau, titisan Bundokandung, bergulat mempertahankan tradisi Matriarkat Pagaruyung sebagai pemegang "tuah", atau kata akhir, bilamana institusi rumah dan sawah dibicarakan.

    Jeffrey Hadler dalam bukunya "Sengketa Tiada Putus" menimbang kontribusi disproporsional orang Minangkabau terhadap politik nasional Indonesia, khususnya diawal kemerdekaan. Sebutlah Hamka, Muhammad Hatta, Tan Malaka,  Muhamad Natsir, Sutan Sjahrir, Haji Agus Salim, dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka adalah anak-anak bangsa yang lahir dari lingkungan matriarkat yang survive mempertanyakan sekalipun kebenaran sakral, apalagi kalau hanya kebenaran formal. Itulah menu dialektika sehari-hari "lapau" demokrasi di Ranah Minang.

     Ketika dua bentuk kebenaran itu dipertanyakan, pada hakekatnya orang Minang sedang berkontemplasi, merenung nasib, menerawang angan untuk membangun masa depan.

     Ketika Islam nan Rahmatanlilalamin memotivasi menuntut ilmu dengan berguru sampai ke negeri Cina, orang muda di Ranah Minang menjadikan alam terkembang sebagai guru.
Karena guru harus dicari maka alam harus dijelajah. Ranah ditinggal - Rantau dijelang. 

     Tradisi merantau sejenak menemukan pembenaran filosofis pada akhir pemberontakan "Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia" (PRRI). Bukankah alam mengajarkan ketika biji nangka diinjak, ia akan melanting dan tumbuh ditempat lain. 

     Pagaruyung sudah lama berlalu. Zaman silih berganti. Bahkan konsep merantau pun mulai redup bersamaan dengan datangnya era globalisasi. Kini, ada kerinduan untuk menyusun kembali Sunting Bundokandung, dan memutus nyanyian sedih Negeri Minangkabau.

     Suatu "Benteng Matriarkat Minangkabau"  (BMM), akan dengan sadar menyusuri garis-garis matrilineal dan bertekad mengembalikan kejayaan Ranah Minangkabau dibawah duli Bundokandung demi memperkaya ke-Bhineka-an Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

      Matriarkat yang tak kunjung padam dan Islam  nan Rahmatanlilalamin hendak dipersandingkan dalam ke-Istimewa-an Ranah Minangkabau.

     Dan kini, menjelang dua abad  setelah Thomas Stamford Raffles berkunjung ke Pagaruyung, Bundokandung akan didaulat kembali memegang "tuah kemuliaan matriarkat", yang merupakan simbol kearifan abadi, "nan indak lakang dek paneh, nan indak lapuak dek hujan", dengan gelar :
"Bundo kandung Limpapeh Rumah Nan Gadang Daulat Ranah
Minangkabau".

     Bundo kandung akan dipilih oleh  suatu "Lembaga Permusyawaratan Adat Alam Minangkabau" sesuai tradisi masyarakat matriarkat Minangkabau.

     Bundo kandung akan bertahta di  Rumah Gadang, di Bukittinggi, kota yang pernah  menjadi Pusat Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dari Desember 1948 sampai Juli 1949.

     Bundo kandung dan Rumah Gadang bukan merupakan lembaga pemerintahan dalam Propinsi Sumatera Barat melainkan suatu lembaga adat, simbol kearifan lokal yang berfungsi sebagai pelindung, penjaga dan pelestari nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau.

     Konsepsi Bundokandung dan Rumah Gadang merupakan kelanjutan logika sejarah budaya  Negeri Minangkabau khususnya Kerajaan dan Istana Pagaruyung. Hubungan antar "tuah" Bundokandung, Rumah Gadang, dengan Keluarga dan Istana Pagaruyung akan disusun dan ditetapkan oleh "Lembaga Permusyawaratan Adat Alam Minangkabau".

     Sementara itu, Gubernur  dan Wakil Gubernur serta DPRD Propinsi Sumatera Barat sebagai pelaksana pemeritahan daerah sehari-hari  tetap akan dipilih sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkedudukan di kota Padang.

     Dengan demikian Propinsi Sumatera Barat akan berubah menjadi suatu "Daerah Istimewa atau Daerah Khusus Ranah Minangkabau" dimana justifikasi atas eksistensinya ada pada citarasa pelangi ke-Bhinekaan-an Negara Kesatuan Republik Indonesia.

     Dengan memutus elegi Pagaruyung akan terkuak potensi budaya yang selama ini terpendam, yang pada gilirannya akan merambah ke ekonomi kreatif. Dan kelak generasi yang akan datang berkata "RANAH MINANGKABAU WELCOMES THE WORLD".


di tulis oleh :  Mizwar Jalaluddin 
pendidikan : 
1. Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1976.
2. Foreign Service Course, Canberra, Australia, 1979.
3. International Security Course, Christian Albert University, Kiel, Germany,1984.
4. University of Oxford Diplomatic Studies, St. Peter's College, UK, 1988     


0 komentar:

Return Home Human

22.27 Krisna Savindo 0 Comments

Adanya penciptaan pasti memiliki Tujuan dan fungsi. Sebuah elektronik seperti TV pasti memiliki Tujuan dan fungsi di ciptakan, agar TV dapat digunakan dengan cara yang baik, maka perlu di sesuaikan caranya dengan Buku panduannya.
Manusia di Ciptakan dan diHidupkan, Pasti memiliki Tujuan, Siapa yang mengetahui Tujuannya? Pasti lah yang menciptakannya, Sudahkah kita tau tujuan Kita di Hidupkan dari si Pencipta?

Kalau belum lantas apakah yg kita lakukan selama ini, sesuai dengan tujuan kita di hidupkan? Apakah kita sudah Hidup sesuai dengan petunjuk yang menghidupkan kita, agar hidup tetap tahan dan tidak rusak?

Besi yang diolah menjadi sebuah bentuk dan fungsi ketika habis masanya kelak akan kembali di lebur kembali keasalnya. Manusia yang diciptakan dari beberapa unsur juga saat habis masanya akan juga kembali keasalnya, namun saat habis masanya kenapa juga manusia masih tetap hidup di akhirat kelak, di mana asalnya manusia sebenarnya.


Menurut Maestro Buya Hamka, pada mulanya, Manusia Pertama yaitu Adam diHidupkan dan dilahirkan di Syurga yang lebih tepatnya di Jannah, kemudian iya harus keluar dari Jannah tersebut akibat kelalaiannya. Saat harus pergi dari Jannah sebagai Kampung Halamannya saat itulah awal Mula Perantauan seoarang manusia, untuk menjejaki kakinya di muka Bumi.

Pergi merantau meninggalkan kampung Halaman guna kelak bisa kembali kekampung tersebut. Kalau dalam budaya Sumatera Barat, seoarang pemuda saat cukup dewasa dipersilahkan untuk pergi dari kampungnya guna mencari penghidupan yang baru, disaat kelak sudah berhasil maka iya akan kembali pulang ketanah ranah Minang kembali.

Manusia yang hadir untuk hidup dimuka bumi diberi bekal berupa petunjuk, yang dapat iya gunakan disaat berada di Bumi, guna hidupnya dapat berlangsung dengan baik dan tentram, namun manusi terkadang memiliki hasrat keinginan yang keras untuk melakukan kenikmatan yang iya inginkan sehingga jarang menggunakan petunjuk yang dibekali untuk mereka.

Petujuk yang sengaja diwujudkan keberadaannya, seyogyanya sudah mampu atau merangkap keperluan dan permasalahan yang ada di muka bumi untuk dapat memperbaiki, lebih tepatnya untuk  menyelamatkan yang menggunakannya dimuka bumi, sehingga dalam perjalanannya dapat memberikan kelayakan untuk kembali ke jannah tempat pertamakali manusia berasal.

Kepastian secara bahasa Jannah dijelaskan dalam Al-Quran, tidak lain dan tidak bukan adalah Darrul Salam yang bermakna kampung keselamatan, yang memberikan ketentraman bagi yang berada di dalamnya. namun hal itu bukan juga didapat dengan sendirinya, melainkan, hal ini tercipta dengan adanya usaha melaksankan Pedoman yang telah dibekali kepada yang hidup.

0 komentar:

Pancasila as the Basic Foundation that Spans not Looming

19.07 Krisna Savindo 0 Comments

     Dalam waktu Kurang satu tahun belakangan ini sering kita mendengar mengenai empat pilar kebangsaan. Pertama disebutkan Pancasila menjadi bagian dari empat pilar tersebut. Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Ketiga Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keempat Bineka Tunggal Ika.

     Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

     Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

     Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

     Dalam sejarahnya upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :

     Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut:
Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.

     Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut:
Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni.

     Sekarang banyaknya prinsip:
kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah :

Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949
Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950
Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

     Pada dasarnya Pancasila sendiri diartikan lima dasar, berarti Pancasila diciptakan untuk hadir sebagai dasar bernegara yang memiliki masyarakat, sehingga posisi pancasila sebagai dasar tidak dapat disamakan atau dijadikan sebagai pilar yang bermakna pondasi. Sebab Pancasila Sebagai Pokok dasar juga tidak dijelaskan secara rijid dan mendetail, agar tidak kaku, dan nantinya juga dapat ditafsirkan mengikuti perkembangan zaman moderen.

     Menurut Nurcholish Madjid Pancasila adalah rumusan aspirasi. Kalau menyebut Pancasila sebagai ideologi, boleh-boleh saja. Tetapi, itu kurang tepat dibanding Marxisme sebagai ideologi. Pancasila bisa menjadi ideologi modern, kalau kita biarkan open-ended. Maksudnya, Pancasila tidak boleh dirumuskan secara mendetail, sekali untuk selamanya atau once and for all. Sebab, hal itu akan menyebabkan sebuah ideologi menjadi ketinggalan zaman. Contohnya komunisme yang cuma bertahan 75 tahun dan akhirnya menjadi usang. Itu sebetulnya dalil Karl Meinnhem, yang menyebut ideology tends to be absolute. Nah, dalam rangka itu, tidak dibenarkan adanya satu kelompok atau perorangan yang mengklaim sebagai yang berhak merumuskan. Jadi serahkan saja kepada dinamika masyarakat. Inilah openended ideology.

     Melihat dari  hal-hal mengenai Pancasila, sangat tidak sesuai bila Pancasila dijadikan salah satu kedalam sendi atau empat pilar kebangsaan yang mana pndosai bersifat rijid, baku  dan rinci. sebab secara esensi Pancasila menjadi dasar negara, bukan menjadi bagian dari tiang-tiang atau pondasi dari negara Republik Indonesia.

0 komentar:

Conflicting Cultural Forces

14.35 Krisna Savindo 0 Comments

      Indonesia yang berbudaya plural menjadi bentuk keharusan dalam meyakini keberadaan bersuku dalam berbangsa. Dari sabang sampai merauke terdapat perbedaan adat dan istiadat yang beragam jenis dalam perbedaan. Tidak mungkin kita menghindar dari keharusan beradat, sebab menjadi sebuah keharusan menjujung langit tempat bumi dipijak. Meskipun terus mencoba berlari dari budaya kesukuan, akan berjumpa dalam sosial bermasyarakat.

      Pluralnya adat di Bumi pertiwi ini seharusnya menjadi ragam keindahan yang hanya ditemukan di Indonesia. Namun keberagaman tersebut sering terbentur dengan hal-hal sosial berhidup dan kehidupan, yang tidak luput dari prahara cerita-cerita panggung sandiwara umat manusia.

     Dari sekian banyak adat istiadat yang ada di negeri ini, ada budaya yang sudah cukup tua dan usang. yang berada di bagian barat pulau sumatera, berkontur daerah pesisir daratan rendah, bukit gunung, dataran tinggi, beralaskan tapak dari Marapi jo Singgalang nan manjulang tinggi tapancang dek Talang jo Tandikek, manapi dek singkarak jo maninjau, danau dibawah mangkonyo di ateh dek diateh mangkonyo di bawah.

   Tidak cukup dengan keindahan itu saja, budaya dalam keorganisasian yang lengkap, tersusun rapi dalam strata sosial ninik mamak, yang memiliki cadiak pandai, yang berilmu bertokoh agama dan memiliki falsafah yang tinggi dalam sosial. Tegaknya budaya adat, Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah, menajadi motiv dalam gerak sikap dan berprilaku, menjadi sebuah suasana berkesahajaan labih dari sekedar menjunjung sebuah norma-norma sosial dan beragama, adat harus ditegakkan, tanpa pengeculian kecuali dari adat memberi pengeculian yang telah tersuarat.

     Letak sistem aturan budaya beradat yang membedakan dari adat budaya di bumi yang lain adalah sistem matriakat dan matrilinear dengan sistem patriakat dan patrilinear. di Indonesia satu-satunya sistem matriakat dan matrilinear hanyalah di Minang Kabau, budaya dinegeri ini memiliki kebudayaan yang khas yang tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.

    
    Pada suatu waktu hidup seorang laki-laki bernama pandeka yang lahir dari keturunan bersuku minang di ranah minang, iya menjadi satu-satunya anak tunggal dari orangtuanya, tidaklah dia memiliki saudara terlebih saudara kandung perempuan. jika engkau sudah mengenal adat di ranah minang ini, maka engkau akan mengerti apa yang akan terjadi.

     Adat minang yang menyanjung dan mendewikan perempuan mengharuskan harta dijatuhkan pada anak perempuan syarat juga garis keturunan untuk di ambil dari Ibu, namun apa daya, anak laki-laki tersebut tak dapat menerima harta keturunan dari orangtunya, maka jatulah waris ditanggungjawabi oleh mamaknya, saudara laki-laki ibunya bila kedua orantuanya meninggal dunia. suatu ketika kedua orangtuanya telah tiada habislah sudah, buruklah nasibnya, kini yang dia miliki hanyalah badan dan segenap tenaga untuk berusaha seorang diri.

     Adat tetaplah adat tak dapat diganggu gugat, harta yang telah dilimpahkan kepada mamak, sudah menjadi harta pusako, tidak dapat di gadaikan, indak buliah dipindahkan ka urang lain. kecuali gadih gadang indak balaki, mayat tabujua di ateh rumah, adaik indak badiri, hal ini dikontekstualkanharta pusaka hanya dapat di gadaikan jika indak ado pitih marenofasi rumah gadang, untuak paralek mangawinkan kamanakan padusi, untuak upacara kematian, dan untuak bataga penghu baru.
    Pandeka yang merasa masih memiliki hak atas harta orangtuanya, mencoba memaksa untuk dapat menggadaikan harta tersebut, guna untuk hidupnya, di dalam rumah gadang terjadi perdebatan keluarga, antara mamak dan para kemenakan, dalam permasalahan harato pusako, bersitegang urat leher berakhir dengan kejadian yang membuat seisi rumah ribut dan kacau, sebab anak laki-laki yang nasibnya malang tersebut, tak kuasa menahan diri, dihujamkannya sebilah keris kepada mamaknya, hingga tidak sanggup lagi mamaknya bernafas.

      Bersimpah darah di atas rumah gadang, takdapat menyangkal akan kesalahannya, pandeka akhirnya diadili, dan di tahan dalam penjara, waktu berlalu dalam tahanan pandeka insaf, dia belajar menjadi orang baik, menahan amarah, belajar ilmu agama, sampai pada akhirnya, dia di asingkan ke Makasar. pandeka tak memilih untuk pulang ke kampung halaman, sebab sudah merasa terusir, dan tak punya apa-apa di kampung.

     Kehidupan di Makasar dilaluinya hingga dia menikah dengan seorang gadis Makasar, dan mempunyai anak Laki-laki bernama zainudin, yang ketika belum sampai usia remaja sudah yatim piatu ditinggal  kedua orangtuanya, malangnya nasib zainudin yang tinggal bersama saudara ibunya yang mengasuh. Pengasuhnya sering menceritakan tentang ayahnya sebagai orang minang, sampai cerita ayahnya menikah dengan ibunya.

     Budaya makasar yang memperoleh garis keturunan dari ayah, membuat zainudin dianggap orang minang di Makasar, begitu pula denga budaya adat minang, yang garis keturunan dari ibu membuat nasib zainudin tidak jelas kesukuannya karna ibunya bukan orang minang.

      Semasa kecil Zainudin sering mendengar cerita ayahnya tentang Bumi alam Minang kampung halamannya, keindahan dilihat oleh Zainudin melalui cerita-cerita tersebut, membuat dia ingin kembali kekampung ayahnya tersebut ketika dia dewasa.

     Perjalananpun dimulainya ketika cukup umurnya, diterimanya bekal dan secukupnya harta yang dititipkan ayahnya kepada pengasuhnya. Zainudin pun akhirnya sampai di Teluk Bayur pelabuhan di pesisir Sumatera barat bersurat juga tak lupa dia kirimkan kepada pengasuhnya saat sampai di Padang, setelah itu dia lanjutkan perjalanan ke kampung ayahnya yang dilihatnya melalui cerita-cerita selama ini.

     Batipuh nama kampung tersebut terletak di bawah kota Padang Panjang, jalan menuju ke Solok. Disaat tiba di tanah Batipuah, dikenalkanlah dirinya kepada bakonya, keluarga dari ayah, sebab ibunya bukanlah orang minang, tak ada pula saudara perempuan dari ayahnya. Keluarga laksan kajatuhan bintang dari langit, tidak menyangka akan berjumpa dengan anak muda yang gagah dan pantas menurut adat disebut "Anak Pisang".

     Zainudin merasa gembira hatinya selah sampai di Negri minang ini, dan di sambut, namun bulan terus berganti basa-basi juga membosan, kegembiraanpun perlahan menghilang, sebab apa yang dibayangkannya tidak serupa dengan yang dialaminya, di ranah minang, di dusun Batipuah itu Zainudin tetap dianggap sebagai orang asing, sebagai pendatang sebagai orang jauh. Zainudin tidak dianggap sebagi orang minang dia dipandang sebagai Orang bugis, orang Makasar. (From :"Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" by:Hamka)

    Malangnya nasib Zainudin, tidak punya saudara kandung, dihulu orang jauh, dihilir jadi pendatang, tidak jelas apa sukunya, di mana kampungnya.

     Kemana harus mengadu, nyaris saja aku bernasib seperti Zainudin, yang lahir ditanah orang jauh, bersyukur dilahirkan oleh seorang perempuan bedarah asli minang kabau, sehingga dengan keyakinan, dapat pula ku teguhkan aku orang Minang.

Adat yang berada saat ini memiliki sisi yang kejam dalam sudut pandang yang berbeda, juga elok terlihat. Begitu malangnya nasib si anak pisang, yang tidak dianggap di kampung sendiri.

0 komentar: