Motivation from Spritual

17.33 Krisna Savindo 0 Comments

     Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang yang dikatakan asing. (HR. Muslim)


     Lihatlah cerita orang-orang yang telah mengubah dunia, semuanya diawali dengan penolakan yang dahsyat saat ide itu pertama kali dikemukakan, ketika ikhtiar perubahan itu mulai di jalankan. Mereka dituduh gila, ditertawakan, dianggap merongrong status quo, diasingkan dalam pergaulan sehari-hari dan hal-hal menyakitkan lainnya.

     Lihatlah Nabi Nuh AS yang menyampaikan perintah Allah membangun bahtera atau kapal di tengah bukit padang pasir, Ibrahim menyembelih anaknya, dan saat Rasulullah Muhammad menyampaikan dakwahnya kepada kaum Thaif. Dan dia yang dilempari batu hingga berdarah-darah.

     Begitu juga dengan, Bill Gates, Steve Job, Colombus dan lainnya. Merka mampu mengubah dunia mengawalinya dari sesuatu yang asing, yang belum perna ada sebelumnnay. Inspirasi itu berkobar-kobar saat pertama kali menyetrum kesadaran kita. Tapi biasanya umur inspirasi itu tak panjang.

     Tubuh kita berjalan, bergerak dan bekerja kesana kemari memperjuangkan mimpi-mimpi di luar diri, sementara jiwa gersang, hati nurani tak lagi mendapat tempat tertinggi dalam tubuh yang lelah, dalam pandangan yang kosong tanpa daya.

     Maka, jumlah orang-orang yang bersedia memperjuangkan ide-idenya sepenuh hati sangan sedikit. Sebagian besar dari kita memilih menyerah dari awal atau pertengahan perjalanan karena tidak sanggup menangguang  resiko untuk berbeda, untuk  disalahpahami, untuk dicemooh, untuk dikritik, dan difitnah. Mayorotas kita tidak cukup kuat untuk menelan hinaan-hinaan itu, perlakuan yang merendahkan itu sehingga memilih menukarkan inner voice (suara hati) itu dengan kenyamanan, ketenangan, serta ketentraman.

     Secara tak sadar, kita bahakan mulai ikut-ikutan mengatakan bahwa keajaiban yang dibawa oleh setiap ide baru adalah sesuatu yang tidak logis dan tidak masuk akal, karena saat menjalaninya tanpa hasrat, kita pernah gagal dan menolak bangkit. Ide-ide itu terlihat terlalu tinggi dan sia-sia karena kita tak pernah serius memperjuangkannya. Bahkan , pun saat engkau telah berniat mengubah dunnia, lalu menghidupka siang malammu untuk mengejar itu, belum bisa jadi jaminan bahwa engkau akan mencapainya di ujung umurmu.

     Alam ini punya mekanisme seleksi alam yang kejam tapi adil. Engkau yang tidak bersungguh-sungguh besrsedia bersikap kejam pada dirimu sendiri untuk terwujudnya  ide-ide besar yang kau yakini, akan diperlakukan dengan kejam tanpa basa-basi oleh realitas, oleh hukum sebab akibat, bahkan oleh akal sehatmu sendiri.

     Kecuali engkau termasuk orang-orang jenius, yang hal tersebut bukanlah merupakan keturunan.

  Jenius adalah orang-orang yang mampu mempertanggungjawabkan  kegilaannya. Dan jumlah mereka adalah minoritas.

     Oaring-orang besar yang mengubah dunia, seringkali melakukan tanpa niat yang besar, mereka menggelinding begitu saja mengikuti katahatinya, melakukan apapun yang mereka lakukan denga  suka cita.

     Lalu duniapun berubah karena hal –hal yang sederhana yang mereka lakukan, diiringi dengan kebutulan-kebetulan dan dukungan–dukungan yang mengalir deras dari arah yang tidak pernah mereka perkirakan.

     Beberpa puluh tahun yang lalu saat fajar industri  komputer menjelang, Apple computer dan Microsoft-pun melewati faseyang sama. Juga starbuck, Google, Facebook, serta Twitter.

     Sungguh penting untuk berfikir besar, seperti kata Steve Job, “To put a ding in the Universe.” Tapi, apa yang kemudian sungguh-sungguh mengubah dunia ini dengan kehadiran pemikiran dan tindakan kita adalah sesuatu yang sangat sederhana.

From Book : SPRITUAL CREATIVEPRENEUR
                      By : M Arief Budiaman

0 komentar: