Beloved Motherland

18.16 Krisna Savindo 0 Comments

    Kulihat ibu pertiwi Sedang bersusah hati Air matamu berlinang Mas intanmu terkenang, Hutan gunung sawah lautan Simpanan kekayaan, Kini ibu sedang susah Merintih dan berdoa. Kulihat ibu pertiwi Kami datang berbakti, Lihatlah putra-putrimu Menggembirakan ibu. Ibu kami tetap cinta Putramu yang setia, Menjaga harta pusaka untuk Nusa dan Bangsa.

     Jauh sebelum ada benih sedikitpun yang muncul, iya sudah ada, dan sudah indah dan kaya. Meski paradigma masyarakat banyak memahami bahwa ibu pertiwi adalah Buminya Indonesia, namun di saat kita mengcross cek kembali sejarah Nusantara ini, Ibu pertiwi adalah seorang perempuan kita bisa melihat dari sebuah buku “Jala Sutera” halaman 8-9
"Pada abad keempat tahun 350 masehi, tercatat nama Ratu Pertiwi (Ibu Pertiwi) yang menurunkan silsilah, raja Mulawarman di Kutai dan raja Purnawarman dari Tarumanegara, mengawali kerajaankerajaan di Nusantara ini. Pada abad ketujuh, Prabu Lelehan Pajajaran yang berputra Ciung Wanara yang menjadi raja di Pasundan Jawa barat, dan Aria Banga menguasai Jawa bagian tengah dan timur. Sehingga keturunannya menjadi raja-raja di Majapahit, yang mampu membangun Nusantara sampai ke Cempa di utara dan Madagaskar di barat, sebagian Australia di utara. Adanya istilah Sunda besar di Nusantara dan Sunda kecil di Eropa, mengingatkan kita akan kebesaran dan kejayaan kita saat itu di dunia. Pengaruh kebesaran Sriwijaya sampai ke negeri China melengkapi ke adi dayaan Nusantara lebih dari seribu tahun."

     Meskipun kisah para raja masih samar-samar untuk kita ketahui, ada yang menganggap sebagai mitos, dan juga menganggap memang benar kebaradaannya. Terlepas dari itu semua konsep Ibu Pertiwi yang kita sering dengar, bukan lah sebuah konsep kosong hasil karangan penulis lagunya, namun Ibu Pertiwi memiliki sejarah kisah yang luar biasa memunculkan sebuah maha putra yang menjadi bagian penentu berjalannya bangsa Indonesia ini.

     Pertiwi dalam konteks seorang perempuan, maupun konteks pertiwi hamparan bumi Indonesia, tetaplah menjadi sebuah sosok yang harus dijaga dan lindungi dalam bentuk proses aktivitas dan pengabdian kepada Negri Indonesia.

     Bukan dengki dan iri melihat orang yang kaya karna mengelola sumber daya alam Indonesia, tapi sakit rasanya melihat yang mengelola SDA habis-habisan itu orang asing, orang yang bukan di lahirkan ibu pertiwi, mereka menikmati kekayaan ibu pertiwi sendiri, tanpa ada melihat kondisi bumi ini, yang masih melimpah ruah kemiskinannya, masih ada yang tidak makan, masih ada yang tidak sekolah, dan masih ada yang teraniaya. Terlepas dari sumber daya manusia Negri ini yang belum mampuni untuk beraksi mengelolanya, lantas kenapa harus dipaksakan untuk digarap habis-habisan? kalau memang kita tidak belum mampu, kita juga bisa bersabar, untuk mempersiapkan SDM yang mampuni dan berkualitas, dari pada memaksakan untuk dikelola orang lain, sedangkan Negri ini tidak mendapat apa apa dari pengelolaan tersebut.

     Hal ini masalah Cinta, cinta terhadap negri ini, kecintaan kita sudah hilang, hilang oleh tahta demi segelintir harta pemuas ragawi sesaat, untuk dapat mengikuti permintaan dan keinginan nafsu yang tidak akan pernah mengatakan cukup, ketidak puasan menjadi hal yang dimaklumi sebagai sifat mutlak bagi setiap manusia, tapi apakah kita harus mengikuti terus, atau kita menghalalkan segala cara? dan mengorbankan orang lain untuk memenuhi keinginan nafsu yang tidak pernah memberikan manfaat pada diri kita sendiri.

      Aku tidak tau apakah kecintaan ini hilang apakah kita yang belum memilikinya, kita belum memiliki sense of belonging Negri Indonesia ini, seperti kita memiliki barang atau harta kita sendiri, yang pasti kita akan marah melihat orang lain merusak sesuatu yang kita miliki, kita berani mati untuk mempertahankannya.

     Bukan saya ingin melarang orang untuk memiliki hak asasinya, namun hanya mengingatkan Indonesia sangat indah, lebih indah dari Negri manapun, tapi kenapa kita lebih memilih untuk melihat negri orang lain untuk kita jadikan tempat berlibur, memang berlibur di Indonesia lebih mahal dari pada  berlibur negri lain, tapi kenapa tidak karena yang akan kita perkaya juga orang pribumi, bukan orang asing. Memang masih banyak bantahan dari hal-hal yang saya fikirkan ini tapi tetaplah kecintaan kita sudah tidak ada lagi.

       Terfikir juga dengan para cerdik pandai, yang bekerja di luar Indonesia, bahwa mereka lebih di hargai mahal di sana dari pada di Indonesia, namun tetap saja itu karna kecintaan kita sudah hilang di diseret globalisasi dan mengikuti harta yang tidak akan pernah berlebih. Anak negri ini tidak lagi cinta dengan negrinya sendiri, anak negri ini sudah tidak memiliki nasionalisme lagi, adapun yang cinta dan memiliki nasionalisme, mereka hanya bagian minoritas, yang tidak lagi didengar suaranya.

     Seharusnya kita coba merenung, seperti aku merenungkan kembali, bahwa aku lahir di negri ini, lahir dari putri negri ini, aku memiliki gen berkarakter dari negri ini, aku makan dari negri ini,  menghirup udara segar dari reproduksi negri ini, aku belajar dari alam negri ini, dan sehingga aku tumbuh di negri ini, bagai mana mungkin aku tidak cinta dan pergi dari negri ini Negri Indonesia.

     Tanah airku tidak kulupakan, Kan terkenang selama hidupku, Biarpun saya pergi jauh, Tidak kan hilang dari kalbu, Tanah ku yang kucintai, Engkau kuhargai, Walaupun banyak negri kujalani, Yang masyhur permai dikata orang, Tetapi kampung dan rumahku, Di sanalah kurasa senang, Tanahku tak kulupakan, Engkau kubanggakan.

     Jika Beliau, Ibu Pertiwi masih hidup, ataupun kembali terjaga dari tidur panjangnya, ia pasti tidak akan berhenti mengeluarkan air matanya, melihat putera puterinya kini sudah tidak lagi cinta kepada negri ini, melihat negri ini di rusak oleh putera puterinya, semoga putera puterinya sadara akan semua usaha pendahulunya dalam memperjuangkan negri ini untuk tetap jaya agar melampaui masanya sendiri amin ya robbal alamin... 

     

Teknologi and Economic Islam

10.35 Krisna Savindo 0 Comments

Membahasa sedikit mengenai teknologi. Teknologi bukan menjadi kosakata yang asing saat ini, teknologi telah menjadi suatu hal yang sangat melakat dalam peradaban manusia itu sendiri yang mana telah menjadi penentu arah dan alur kehidupan manusia, sebab teknologi sudah mengiringi umat manusia sehingga sampai pada era globalisasi saat ini.
 
Tak dapat dipungkiri bahwa teknologi telah hadir dalam kehidupan manusia mulai saat manusia bangun dari tidurnya sampai saat manusia itu sendiri kembali tidur. Jadi teknologi itu sendiri menjadi hal yang menarik untuk dibahas dalam kondisi kekinian, yang mana juga sangat perlu dilihat dalam konteks paham ekonomi Islam, di mana Islam juga ikut berkontribusi dalam perdaban perkembangan teknologi itu sendiri.

Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.

Definisi mengenai sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.

Meninjau kembali dari banyak perspekti tentang teknologi yang secara umum sangat dekat hubungannya dalam ruang lingkup ekonomi, yang mana akan selalu berdampingan dengan pengguna, sebab teknologi menjadi sebuah alat yang diciptakan oleh manusia yang kelak akan menggunakannya pula, namun kembali melihat kenetralan teklogi yang dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap kelangsungan hidup manausia, maka perlunya peninjauan dari sudut pandang Syaria’at Islam yg memiliki sudut pandang selamat dan menyelamatka.

Untuk mengawali pembahasan teknologi dalam ekonomi Islam perlu kita kemballi melihat dan mengenal kembali teknologi itu sendiri secara umum, agar memiliki koperasi yang nantinya mampu memperluas cakupan sudut pandang, salahsatunya kita dapat melihahat definisi dan penggunaan teknologi yang dipaparkan oleh wikipedia sebagai berikut :
Penggunaan istilah 'teknologi' (bahasa Inggris: technology) telah berubah secara signifikan lebih dari 200 tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah ini tidaklah lazim dalam bahasa Inggris, dan biasanya merujuk pada penggambaran atau pengkajian seni berguna. Istilah ini seringkali dihubungkan dengan pendidikan teknik. Istilah technology mulai menonjol pada abad ke-20 seiring dengan bergulirnya Revolusi Industri Kedua. Pengertian technology berubah pada permulaan abad ke-20 ketika para ilmuwan sosial Amerika, dimulai oleh Thorstein Veblen, menerjemahkan gagasan-gagasan dari konsep Jerman, Technik, menjadi technology. Dalam bahasa Jerman dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, perbedaan hadir di antara Technik dan Technologie yang saat itu justru nihil dalam bahasa Inggris, karena kedua-dua istilah itu biasa diterjemahkan sebagai technology. Pada dasawarsa 1930-an, technology tidak hanya merujuk pada 'pengkajian' seni-seni industri, tetapi juga pada seni-seni industri itu sendiri. Pada tahun 1937, seorang sosiolog Amerika, Read Bain, menulis bahwa technology, "teknologi meliputi semua alat, mesin, aparat, perkakas, senjata, perumahan, pakaian, peranti pengangkut/pemindah dan pengomunikasi, dan keterampilan yang memungkinkan kita menghasilkan semua itu". Definisi yang diajukan Bain masih lazim dipakai oleh kaum terpelajar hingga saat ini, terkhusus ilmuwan sosial. Tetapi ada juga definisi yang sama menonjolnya, yakni definisi teknologi sebagai sains terapan, khususnya di kalangan para ilmuwan dan insinyur, meskipun sebagian besar ilmuwan sosial yang mempelajari teknologi menolak definisi ini. Yang lebih baru, para kaum terpelajar telah meminjam dari para filsuf Eropa, technique, untuk memperluas makna technology ke berbagai macam bentuk nalar instrumental, seperti dalam karya Foucault tentang techniques de soi, yang diterjemahkan sebagai technologies of the self atau teknologi diri.

Teknologi, paling luas, dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun takbenda, yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu nilai. Dalam penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat dan mesin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata. Ia adalah istilah yang mencakupi banyak hal, dapat juga meliputi alat-alat sederhana, seperti linggis atau sendok kayu, atau mesin-mesin yang rumit, seperti stasiun luar angkasa atau pemercepat partikel. Alat dan mesin tidak mesti berwujud benda; teknologi virtual, seperti perangkat lunak dan metode bisnis, juga termasuk ke dalam definisi teknologi ini.

Kata "teknologi" juga dapat digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-teknik. Dalam konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan; ia meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat, dan bahan mentah. Ketika dipadukan dengan istilah lain, seperti "teknologi medis" atau "teknologi luar angkasa", ia merujuk pada keadaan pengetahuan dan perangkat disiplin pengetahuan masing-masing. "Teknologi state-of-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk pada teknologi tinggi yang tersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun.
Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk faedah kehidupan seperti yang dikenal saat ini. Sebuah contoh modern adalah bangkitnya teknologi komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama manusia, dan sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru; bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan komputer. Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif; teknologi dapat juga membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan melalui alat seperti pistol atau bedil. Sebagai suatu kegiatan budaya, teknologi memangsa ilmu dan rekayasa, yang masing-masing memformalkan beberapa aspek kerja keras teknologis

Antara Sains dan Teknologi memiliki keterkaitan yang sangat erat juga mempunyai peran dan fungsi yang sama. Keterkaitan antara sains dan teknologi adalah keberadaan teknologi merupakan aplikasi seluruh konsep yang terdapat di dalam sains. Adapun dalam hal peran dan fungsinya, sains dan teknologi sama-sama sebagai sarana (tools)  untuk menggali sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di dunia.

Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimentasi dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk dikelolah dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Islam sangat menganjurkan kepada umat manusia untuk senantiasa memberdayakan rasionya (i’mal al-aql) guna  memikirkan dan merenungkan ciptaan-ciptaan Allah Swt yang ada di alam semesta. Ayat al-Quran pertama kali turun adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5.

     Pada ayat tersebut Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca yang selanjutnya  harus dilakukan oleh umatnya. Perintah tersebut mengandung arti agar umat Islam melakukan pengkajian (tadabbur), penalaran (i’mal al-‘aql), pengamatan secara empiris (ibshar),memahami (tafaqquh), berpikir (tafakkur), dan perenungan dan kontemplasi (tadzakkur). Keenam langkah tersebut adalah interpretasi dari kata Iqra’ yang terdapat dalam al-Quran surat al-‘Alaq ayat pertama.Dengan melakukan pengamatan secara empiris di lapangan, maka akan lahir ilmu pengetahuan yang positif, yaitu pengetahuan tentang realitas obyektif (ayatun bayyinah) yang menimbulkan sains-sains baru seperti sains fisika, biologi, kimia, astronomi dan sains-sains lainnya yang sekarang telah tersebar dan berkembang di muka bumi.

Keberhasilan sains Barat dalam memajukan ilmu pengetahuan, ternyata tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh manusia secara keseluruhan. Apa yang telah dilakukan saintis Barat, sesungguhnya bukan sekedar membangun kemajuan teknologi yang dibanggakan. Lebih dari pada itu, para saintis Barat telah mengantarkan kehidupan manusia pada gerbang kehancuran, karena dari pencapaian tersebut kehidupan manusia semakin mengalami malapetaka yang tidak terbantahkan.

Kondisi tersebut telah lama difikirkan oleh para pemikir optimisme kebudayaan di mana mereka pada walnya telah berfikir bahwa pengetahuan yang berkenbang seperti teknologi manusia pasti akan membuat kemajuanbesar, namun pemikiran seperti itu berubah beriringnya berlalu satu dasawarsa, yang mana tidak lagi diyakini akan sepenuhnya membawa kebaikan.

Pada tataran yang lebih luas, sebagian saintis sudah ada yang mulai terbongkar epistemologinya. Sebagai sebuah contoh dapat kita lihat dari tokoh semisal Richard Tarnas dan Thomas S. Khun. Richard Tarnas menyatakan bahwa sains Barat saat ini sedang memasuki “krisis global” sebuah krisis yang multidimensional yang mengakibatkan kehidupan manusia semakin terpuruk. Sains memang telah berhasil membantu manusia dalam mensejahterakan hidup, akan tetapi akibat yang ditimbulkan jauh lebih parah dibandingkan dengan kemajuannya.Menurut konsep kaidah fiqih Islam:
 “Mencegah kerusakan dari sesuatu harus lebih didahulukan dari pada menarik manfaat dari sesuatu tersebut”.

Melihat  kondisi demikian, saintis Islam tidak perlu mencontoh apa yang telah diraih oleh santis Barat.Mengingat paradigma yang dibangun dalam sains Barat tidak berbasiskan pada nilai dan etika.
Sains Islam sebagaimana dibuktikan dari sejarahnya, jelas berusaha untuk menjunjung dan mengembangkan nilai-nilai dari pandangan dunianya dan peradaban Islam, tidak seperti sains barat yang berusaha mengesampingkan semua masalah yang menyangkut nilai-nilai.Ciri yang unik dari sains Islam berasal dari penekanannya akan kesatuan agama dengan sains, pengetahuan dengan nilai-nilai, fisika dengan metafisika.Penekanannya pada keragaman metode dan penggunaan sarana-sarana yang benar untuk meraih cita-cita yang benar itulah yang memberikan gaya yang khas pada sains Islam, dan keharmonisan menjadi ciri utamanya.

Menurut konsep Islam sains dan teknologi harus berorientasi pada nilai-nilai berikut :

1.      Ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai sarana (tools) untuk menyempurnkan ibadah kepada Allah, karena tujuan Allah menciptakan jindan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. QS. Adzariyat : 56
2.      Alam semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah Swt. QS. Thaha: 6
3.      Alam semesta beserta isinya merupakan nikmat Allah Swt. Yang dianugerahkan kepada umat manusia. QS.Luqman:20
4.      Alam yang dikaruniakan Allah Swt. harus dinikmati dan dimanfaatkan dengan tidak melampaui batas-batas ketentuan-Nya. QS. Al-A’raf : 31.
5.      Ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan tidak boleh menimbulkan kerusakan (mafsadah) apalagi mengancam kehidupan manusia. QS.Al-Ankabut: 36.
6.      Ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan untuk mndapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. QS. Al-Baqarah: 201.

Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara mengaplikasikan pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad 9 – 13 M  telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan hubungan ilmu pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).

Mereka bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga anugerah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi, pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja.Kebanyakan pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani, Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasar-dasar bagi pengembangan teknologi.

Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan, matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya. Dalam bidang matematika kontribusi Islam telah mengenalkan sistem bilangan India, dengan mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.).Hal ini telah mempermudah bagi proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah kelipatan yang sangat panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizm (w.875), selanjutnya Abul Hasan al-Uqdisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkan risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan, karyanya , Kitab al-Uluf.


Adapun tokoh tokoh terkenal lainnya yg juga memiliki kontribusi pada sains dan teknologi yaitu seperti dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic yang dikembangkan oleh Ibn al-Haitsam, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi spesifik dan juga Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi  (865-925 M) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya.
Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga dianggap sebagai orang yang menemukan benang fontanel  (yang dipakai dalam ilmu bedah). Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis ilmu dan pakar di bidang sosiologi modern. Bukunya yang berjudul “Muqaddimah”, merupakan bagian dari karyanya yang terbesar, dan Masih banyak penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam.

Sains dan teknologi pun juga sudah jauh muncul sebelum masehi dimana adanya korelasi antra Teknologi dengan islam itu sendiri. Yang mana korelasi tersebut dapat kita lihat pada ayat Al-Qur’an dari sebuah Surat Al-Anbiyaa ayat ke-80:
وَعَلَّمْنَاهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِنْ بَأْسِكُمْ فَهَلْ أَنْتُمْ شَاكِرُونَ
    Artinya: Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).
Menurut tafsir yang ada pada kitab Al-Qurthubi, ayat ini merupakan pokok landasan tentang upaya pembuatan alat-alat dan sebab-sebab. Allah Ta’ala telah mengabarkan tentang Nabi Daud AS, bahwa ia membuat baju besi, teropong, dan makan dari hasil kerjanya sendiri. Sementara Adam adalah seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Luqman seorang penjahit, dan Thalut adalah penyamak kulit

Jadi, berdasarkan tafsir di atas Islam menganjurkan untuk menciptakan atau menggunakan alat yang dapat memudahkan pekerjaan kita. Itulah teknologi, dan ternyata ide pemanfaatan teknologi ini ada di dalam Al-Qur’an. Teknologi itu memang memiliki dua sisi. Dia bisa bermanfaat jika digunakan dengan tujuan yang baik, atau bisa menjadi musuh jika digunakan untuk tujuan yang tidak baik.

Berangkat dari kedudukan sains dan tekhnologi pada saat ini tekhnologi itu sendiri sudah menjadi alat yang membantu kehidupan manusia mulai dari membantu dalam memproduksi hingga memproduksi tekhnologi itu kembali yang mana akan menjadi sebuah konsumsi bagi umat manusia maka oleh karena itu perlunya melihat maslahah dari tekhnologi yang di konsumsi. 

A.    Maslahah dalam Konsumsi Tekhnologi
Asumsi menyatakan konsumen akan cenderung untuk memilih barang atau tekhnologi yang memberikan maslahah yang besar pada diri sendiri dengan keyakinan bahwa ada kehidupan dan pembalasan yang adil di akhirat, serta informasi yang berasal dari allah adalah sempurna akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan konsumsi yang mana kandungan dari maslahah terdiri dari manfaat dan berkah. Sebab dalam ekonomi islam konsumen harus mempertimbangkan manfaat dan berkah yang di hasilkan dari produk atau tekhnologi yang di konsumsinya, salah satu contohnya yang sangat dekat dalam kehidupan kita ketika kita menonoton tv di pagi hari maka ia bisa memilih bermacam-macam chanel, di antaranya  berita politik dan hukum, berita kriminal, film kartun, hiburan musik atau siaran lainnya. Namun sebagai konsumen yang selalu mempertimbangkan manfaat dan berkah yang di konsumsinya maka chanel yang akan di pilih yang memberikan manfaat atau maslahah yang besar, contoh lain dalam bidang tekhnologi juga dapat kita lihat antara laptop dan tablet secara nilai konsumsi tetap harus di pertimbangkan dalam penggunaannya sebelum membeli salah satu atau keduanya, dalam kehidupan nyata banyak orang memiliki laptop dan tablet namun ketika dalam fungsi dan penggunaannya tidaklah jauh berbeda terkadang malah di antara keduanya ada yang tidak terpakai sehingga barang tersebut ada yang tidak berdaya guna sehingga terlihat mengahmbur-hamburkan harta secara boros seperti yang di tegaskan dalam al-qur’ann surat al-isra’ ayat 26 yang artinya “dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat juga kepada orang miskin yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros”. Seharusnya sebagai konsumen yang baik tetap harus memilih di antara laptop dan tablet untuk di gunakan dengan mencari maslahah yang besar di antaranya yang mana untuk menilai hal tersebut penjumlahan antara manfaat dan berkah sehingga dapat memberikan penilaian dalam menentukan tekhnologi mana yang akan di beli untuk di gunakan. Pada kondisi ini pula dapat di pertimbangkan antara kebutuhan dan keinginan dengan karakteristik sumber menjadi fitrah manusia pada kebutuhan hasil manfaat dan berkah pada kebutuhan ukuran menjadi fungsi pada kebutuhan, sifat haruslah objektif dan tuntunan islam di penuhi dalam kebutuhan, pada ini semua berfungsi untuk menanggulangi kenetralan tekhnologi yang kita konsumsi sehingga apa yang kita konsumsi pun tidak menjadi ssesuatu yang tidak bermanfaat.

B.     Tekhnologi dan Produsen
Tujuan produksi menurut islam menyediakan barang dan jasa yang memberikan maslahah maksimuum bagi konsumen secara lebih spesifik tujuan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa di wujudkan berbagai bentuk di antaranya:
1.      Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat; yang mana pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat yang mana tekhnologi atau barang yang di produksi menjadi suatu kebutuhan untuk tujuan memberikan manfaat ril yang islami, bukan sekedar memberikan kepuasan maksimum bagi konsumen.
2.      Menentukan kebutuhan masyrakat dan pemenuhannya; dari sini di jelaskan kuantitas produksi tidak akan berlebihan tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar yang mana ketika lebih maka akan muncul kemubaziran.
3.      Menyiapkan barang atau tekhnologi di masa depan; di sini produssen di tuntut proaktif dalam memproduksi atau mengembangkan tekhnologi kreatif dan inovatif yang akan di butuhkan oleh manusia.
4.      Pemenuhan saran bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah; hal ini menjaadi tujuan terakhir merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dari ajaran islam dengan kata lain tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik belum tentu di rasakan oleh penguasa itu sendiri, dan produksi juga tidak akan selalu menghasilkan keuntungan material.

C.    Formulasi Maslahah Bagi Produsen
Melihat perlunya maslahah dalam konsumsi, maka perlu juga melihat bagaimana maslahah bagi produsen dalam memproduksi tekhnologi. Dalam penghitungan maslahah bagi produsen dapat di hitung dengan dari keuntungan atau profit di jumlahkan dengan berkah dari produksi.  

     Teknologi sebagai alat yang sudah sejak lama beriringan jalan dengan umat manusia yang selalu berkembang dan terus memiliki inovasi-inovasi, yang mada pada saat ini teknologi itu sendiri selalu hadir di manapun kita berada, karna teknologi keberadaannya di perumtukan kepada umat manusia dalam mempermudah segalahal, menghapus batasan-batasan dll. Namun teknologi tetaplah teknologi, ia memiliki ke netralan, hakikat kenetralan teknologi itu dapat mengakibatkan kebaikan dan dapat pula mengakibatkan keburukan. Sejak lama pula teknologi sudah banyak yang di kembangkan, sebagian itulah mereka para tokoh-tokoh islam yang telah di  sampaikan tadi, para tokoh tersebut dalam penciptaan, dan pengmbangan yang mereka lakukan haruslah penuh pertimbangan agar tidak berujung pada keburukan, karna seharusnya teknologi pun di konsumsi dan di produksi hendaklah untuk mendapatkan maslahah agar dapat mencapai falah, sebagai mana yang di jelaskan dalam ekonomi islam.