Blood does not Bind

16.43 Krisna Savindo 0 Comments

       Berjalannya waktu dan metamorfosis masih banyak perubahan yang tidak disadari, rasio dari memori yang disediakan  pun semakin banyak yang terpakai, hal-hal baru, kata-kata baru, bentuk dan nama-nama orang yang di kenal pun terhimpun menjadi data mengisi partisi. pengenalan orang-orang yang ada hubungan keluarga,  teman, tetangga. pengenalan terjadi tanpa ada dugaan sebelumnya, seluruh panca indra menjadi alat dalam proses terjadinya pengenalan, mereka memanggil ku aku melihat, aku digendong dan aku merasakan, bahkan aku mengetahui keberadaan diriku pun karena proses pengenalan tersebut.

     Ayah, Ibu, dan Adik menjadi orang yang paling dekat sebab seringnya terlihat dan terjadi interaksi, Nenek, Etek, Mamak yang digunakan oleh orang Minang untuk memanggil adik perempuan dan laki-laki dari Ibu menjadi sosok orang yang paling menyayangi diriku setelah kedua orang tua. Orang orang yang tinggal tidak jauh dari tempat aku tinggal menjadi sebuah masyarakat yang di sebut tetangga, masyarakat tersebut tidak jauh terhindar dari konflik yang terus muncul, namun di balik itu ada yang lebih dalam kehangatan bermasyarakat, dalam momen-momen tertentu maupun di keseharian berinteraksi kehangatan itu kini menjadi romantisme yang akan membuat lebih nyatanya kemerosotan dan kebobrokan dalam bermasyarkat dan bertetangga kekinian.


        terlihat semakin jauh aku melihat ke belakang di masa-masa aku menjalani kehidupan mengenal satu sama lain perbedaan tidaklah menjadi permasalahan, entah karena aku yang tidak mengerti tentang perbedaan saat itu karena batas-batas pertumbuhan seorang manusia, atau memang saat itu memang tidak ada masalah dalam perbedaan sehingga konflik dari isu perbedaan pun tidak muncul dalam kehidupan bermasyarakat, aku mengenal mereka sebagai manusia yang memiliki kesamaan bukan dari perbedaan, sama akan usia, yang di pertemukan dalam proses yang sama, sama dalam kebutuhan bermain, bercanda, dan lainnya. Aku hanya tau bahwa mereka adalah seorang teman yang mau di ajak bermain, namun tidak mengerti makna dari teman itu sendiri, aku tidak mengukur dari harta, ganteng atau cantik, tidak membandingkan agama yang satu dan yang lain. Meski perkelahian muncul bukanlah dikarenakan perbedaan yang dimiliki satu sama lain, yang jelas di masa itu lebih nyaman dan tentram di saat aku hidup saat ini.

         Bukan juga untuk mereka yang seumuran, baik kepada yang lebih tua maupun lebih muda tetap lah dapat aku temukan kehangatan yang tidak aku temukan saat ini, saat itu orang yang lebih tua menjadi orang yang sangat menyayangi, mereka menjadikan yang lebih muda menjadi adik mereka sendiri, walaupun tak ada hubungan persaudaraan atau hubungan darah sama sekali. Mereka yang lebih tua sangat terlihat kepada penghormata yang diberi mereka yang lebih muda, walaupun tidak pernah meminta untuk di hormati. semua berjalan begitu saja tidak ada interpensi dari siapapun, nilai-nilai yang di tanamkan sejak orang tua pada masing-masing anak yang menjadi ramuan dan formula untuk kehidupan yang begitu hangat. Air tetaplah akan terus mengalir mencari tempat yang rendah, terlihat jelas juga pada kehidupan yang semakin tidak bermartabat saat ini, semua semakin ingin mencela satu sama lain, kasih sayang sudah sangat sulit untuk di temukan, yang muda dipaksa untuk harus menghormati dengan cara yang salah, padahal penghormatan akan muncul jika sikap menyayangi yang tulus terlihat, tak perlu di paksakan, contoh dan sikap yang terlihat tidak pantas dari yang lebih tua menjadi faktor utama yang menjadikan rasa hormat akan hilang, sadar atau tidak jika semua itu hilang dan tidak akan ada lagi maka penghormatan akan hilang selama-lamanya yang akan tinggal hanyalah ketakutan.

Previous : Metamorfosis
Next : Initial Plans Go Far