Leader Of True Social

23.20 Krisna Savindo 0 Comments

     Tahun 2014 ini adalah tahun dimana Negeri ku ini dihebohkan dengan hal-hal yang menyangkut masa depan bangsa ini, yang masa depannya di tentukan oleh orang yang memimpin negeri ini.
Dalam konteks tersebut disetiap kalangan yang mencurahkan ata memeberi ruang fikirnya untuk mengkaji hal tersebut pada tahun ini memunculkan pertanyaan yang mendasar, "Siapa sih yang cocok atau yang bagus jadi President Negara Indonesia ini..?" atau Siapa sih yang bagus memimpin negeri ini..? dengan aksen kalangan muda Indonesia.

     Indonesia sudah cukup tua ketika menggunakan sudut pandang usia, jika di posisikan sebagai manusia dan sudah cukup dewasa jika dilihat dari pengalaman yang telah dilaluinya. lanjutnya usia Indonesia sebagai sebuah negara tidak juga sebanding jika diperbandingkan dengan negara-negara maju, sebab negara maju hampir keseluruhan sudah berusia ratusan tahun dan memiliki waktu yang panjang dalam proses membangunan peradaban. hal ini yang harus kita renungkan agar kita tetap bersabar menanti, di mana nantinya Bangsa Indonesia ini dapat berada pada posisi struktural sosial yang memiliki kesetaraan kemakmuran.

     Dalam berlangsungnya kenegaraan Indonesia yang terpimpin ini, telah melalui dan merasakan bermacam warna dan karakter kepemimpinan. warna yang telah dirasakan itu anatara lain ada merah, kuning, hijau, dan juga biru. Setiap warna masing-masing meiliki karakter yang berbeda-beda, dan juga semuanya dapat kita jadikan panutan dengan mengkesampingkan hal-hal yang tidak patut untuk di contoh.


     Setiap masing-masing kepemimpinan mereka yang begitu berarti bagi bangsa ini mengisahkan berbagai macam polemik bangsa yang memiliki trend yang menjadi fase pendewasaan. Pendewasaan ini lah yang menjadikan kita harus terus peduli terhadap Negara serta bangsa ini.

     Refleksi tersebut mengantarkan saya untuk kembali menulis di Blog ini. untuk kali ini saya ingin memaparkan tentang Pemimpin dan Kepemimpinan yang substansi.

     Mengenai Pemimpin dan kepemimpinan sangat banyak ahli yang memiliki pendapat untuk hali ini dan masing-masing memiliki pengertian yang berbeda walaupun dalam prinsipnya pendapat tersebut tidak jauh berbeda.

     Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek.


     Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi.


     Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.

     Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Namun ada beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:


Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).


     Beberapa pendapat ahli yang dituliskan di atas hanya sebagian kecil dari banyaknya pendapat. Perbedaannya hanya terletak dari kata-kata, namun subtansi yang dikemukana para ahli tersebut tidak memiliki perbedaan.

    Dari hal yang di kemukan para ahli tersebut dapat saya deskripsikan praktek kepemimpinan tersebut sebagai berikut :

    Seorang individu yang memiliki keinginan sebagai tujuan, baik keinginan diri sendiri yang ingin dicapainya maupun keinginan yang ingin dicapai orang banyak, diupayakan dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dengan seni mengatur, mempengaruhi, mengajak, kemudian dengan terpengaruhnya atau adanya orang-orang yang mengikuti ajakan dan arahan tersebut maka jadilah mereka sebagai orang yang di pimpin atau pengikut. Kemudian para orang-orang yang dipimpin atau pengikut tersebut akan berusaha melakukan aktivitas yang berupaya untuk mencapai keinginan pemimpin ataupun keinginan yang sudah menjadi keinginan bersama.

     Dari deskripsi praktek yang saya paparkan tersebut ada beberapa unsur yang mendukung kepemimpinan tersebut antara lain adanya tujuan, kemudian, adanya pengikut atau yang dipimpin, selanjutnya ada cara untuk memimpin yaitu mempengaruhi.

     Didorong dari hal tersebut, apakah bisa dikatakan seseorang dikatakan pemimpin jika tidak ada pengikut atau yang di pimpinnya? kemudian apakah dapat seseorang dikatakan pemimpin jika tidak memiliki tujuan yang ingin dicapai? selanjutnya juga apakah seseorang dikatakan pemimpin jika tidak mampu mempengaruhi yang dipimpinnya? silakan para pembaca menjawabnya sendiri.

     Cara memimpin berada pada ruang lingkup seni, yang hal ini tidak memiliki rumus ataupun teori yang mutlak sebagai syarat wajib dalam memimpin, dari seni tersebut memunculkan beberapa tipe kepemimpina yang sering ditemui antara lain : 
  1. Tipe kharismatik
  2. Tipe paternalistic
  3. Tipe militeristis
  4. Tipe otokratis
  5. Tipe Lousser Faire
  6. Tipe Populistis
  7. Tipe Administratif
  8. Tipe Demokratis
     Beberapa tipe diatas dalam prakteknya banyak berpendapat ada yang buruk ada yang baik, hal ini sangat relatif jika dikaji lebih dalam, tipe tersebut sangat dipengaruhi oleh dua sisi baik dari sisi kenyamanan pemimpinnya juga berdasarkan kondisi yang dipimpinnya semuanya dipengaruhi oleh kondisi, dan berpeluang dalam pemilihan tipe yang sesuai, tidak tertutup kemungkinan bagi pemimpin yang lihai berseni dapat melakukan komperasi yang membuat kepemimpinan tersebut efektif.

     Dewasa ini banyak perubahan cara penyampain testimoni, sekarang sering kita lihat testimoni atau quote disampaikan melalui gambar-gambar, yang berkaitan dengan tulisan tentang kepemimpinan ini dapat dilihat memlalui gambar dibawah ini.

    Quote dari deskripsi gambar di atas menyampaikan perbedaan atara seorang Boss dan seoarang Leader, apa perbedaannya? kita dapat simak lewat gambar, yang memposisikan anatara keduanya, seorang Boss cendrung memerintah, seorang leader lebih mempengaruhi dan mencontohkan dengan bertindak bersama.

     Pada gambar lain juga di sampaikan beberapa perbedaan antara keduanya sebagai berikut.


Silakan para membaca memaknai sendiri arti dan perbedaannya.

     Ada pun perbedaan di antara keduanya tidak dapat saya katakan salah sebab pada prakteknya hal ini memang sangat sering terjadi, dan dapat kita lihat dengan mata telanjang tampa perlu di telaah-telaah lagi. Namun bagi saya sendiri memiliki perbedaan yang lebih substansi antara Boss dan leader tersebut, yang mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya. Hal mendasar yang membedakan antara keduanya adalah dilahat dari landasan gerak para pengikutnya. Seorang Boss cendrung ditemukan pada dunia kerja, yang para pengikutnya mau tidak mau harus berusaha untuk mencapai tujuan, tapi tidak mengagap tujuan tersebut menjadi tujuan mereka. Sedangkan Leader kita dapa temukan mulai dari dunia kerja, organisasi, maupun pada social masyarakat, sampai pada ruang lingkup terkecil seperti kelompok pertemanan, yang pengkutnya atau yang di pimpinnya bergerak dikarnakan keinginan untuk mencapai tujuan yang sudah menjadi tujuan bersama.

    Setelah panjang lebar mengenai hal ini saya sampaikan untuk memaparkan pandangan secara umum masyarakat luas yang terlalu memiliki sudut pandang yang jauh, sehingga melupakan substansi pemimpin itu sendiri. Sehingga dalam Masyarakat sering menanti, ataupun berharap akan ada orang-orang yang mampu memimpin dengan baik, seperti yang saya paparkan di awal tadi mengenai siapa yang baik untuk memimpin Indonesia, sementara lupa terhadap seharusnya setiap orang harus jadi pemimpin dalam sosial bermasyarakat.

    Syarat yang paling utama untuk menjadi pemimpin adalah memiliki tujuan yang baik, yang punya landasan-landasan yang menegaskan tujuan tersebut baik untuk dicapai. Maka haruslah setiap diri kita memiliki tujuan yang baik. 

     Hal ini saya sampaikan untuk menjadikan diri sebagai pemimpin yang nyata dalam sosial bermasyarakat, yang nantinya akan memberikan manfaat-manfaat kepada masyarakat banyak. Karna sekarang terlalu banyak orang-orang yang bernafsu menjadi pemimpin yang dicapai melalui merebut posisi strategis atau melalui jabatan. Tapi orang-orang ini belum pernah sedikitpun menjadi pemimpin yang menberi maanfaat dilingkungan masyarakatnya. 

     Seharusnya kita sebagai makhluk yang memiliki kompetensi bersosial masyarakat dengan segala kelebihan yang dapat dilakukan mampu mempengaruhi keluarga, tetangga, teman dan orang-orang di sekitar kita untuk dapat berjalan dan melakukan aktivitas-aktivitas positif, memberikan efek-efek yang menular sehingga manfaat-manfaat dari tercapainya tujuan tersebut dapat membentuk tatanan sosial yang lebih baik, tanpa syarat memulai dengan harus adanya jabatan atau di posisikan sebagai orang yang memiliki wewenang untuk memerintah.

     Pada akhirnya tidak ada lagi orang-orang yang di sekitar kita melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaan yang merusak diri mereka masing-masing dan lingkungannya, apa bila hal ini dapat dipraktekkan dan muncul di setiap kalangan atau kelompok masyarakat, hal apa lagi yang kita ragukan untuk kita wujudkan bersama.


0 komentar:

Come or Return, to where the hard left

17.36 Krisna Savindo 0 Comments

Matahari sudah tidak menampakkan sedikitpun cahanya lagi, hanya serapan dari bulan lah cahaya itu muncul menemani perjalanan ku pada malam itu, driver yang sudah hampir paham seluk beluk jalanan lantaran sering dia lalui, membawa mobil yang ku tumpangi melesat menuju sumatera barat, yang melintasi beberapa kota, seperti sidempuan dan perbatasan Sumatera Utara. Ada beberapa perbedaan yang sangat signifikan yang dapat kita perhatikan dengan mata kita sendiri, terlebih kita rasakan saat berkendaraan, saat tiba di perbatasan anatara Sumatera Utara dengan Sumatera Barat perbedaan itu memberi kenyamanan pagi sipengguna jalan, lantaran ketika memasuki jalan lintas Sumatera Barat tersebut jalan tersebut mulus, saat engkau berada dalam mobil, akan banyak getara yang hilang yang engkau rasakan.


Walaupun sudah memasuki jalanan yang mulus ada gangguan-gangguan yang tidak dapat ku kendalikan, yang tidak mampu membuatku terlelap, sering tersentak di tengah-tengah malam laju mobil dari Kota Sibolga. Perasaan dan hati yang tidak kunjung tenang, kegelisahan mengalir terus menerus. Kebimbangan menyerangku, tidak terlalu kupahami dengan jelas alasan kebimbangan tersebut muncul, tidak pulah sepenuhnya berani ku simpulkan kebimbangan tersebut berada pada keraguan untuk belajar di Sumatera Barat meninggalkan orang-orang yang berpengaruh dalam hidupku.

Aku berusaha menghilangkan keraguan dalam diri ku, dengan memperhatikan perjalanan dalam gelap yang hanya di terangi oleh bulan dan lampu mobil, perlahan mata yang selalu siaga tersebut lelah juga oleh cahaya-cahaya yang bermunculan dan mendadak berhilangan hingga tidurku menghantarkan aku saat bumi ini mulai diterangi oleh sumber energinya sendiri dari maha kuasa.
pagi itu itu senyumku menyambut tatapan ku yang tertuju pada persimpangan yang menipu, persimpangan tersebut adalah persimpangan yang selalu ku ingat dan di beritau selalu oleh orangtua ku, dimana akal-akalan terbangun untuk menandakan akan tiba di kampung halaman.

Simpang Payo nama simpangnya, untuk menuju Nagari Malalo tersebut, Sopir travel harus memutar stirnya sampai habis untuk dapat berbelok di turunan menuju Nagari Malalo.

Untuk sampai ke kampung halaman ku, dari simpang, terlebih dahulu melewati beberapa desa yaitu Sumpu, Rumbai, Padang Lawas, Tangah XX, Tanjung Sawah dan Pasar Malalo tidak jauh dari pasar malalo aku sudah dapat melihat rumah ibu ku, yang di hadiahkan dari seorang pengusaha kaya yang sukses di rantau kota Bengkulu. rumah tersebut rumah moderen clasic, yang bangunannya semi permanen, yang memiliki halaman yang tidak begitu luas cukup untuk bermain ditumbuhi rumput jepang orang sering menyebutnya. Mungkin banyak dalam benak orang di pedesaan sumatera barat pada umumnya rumah masyarakat berbentuk bagonjong Rumah Gadang.

Bagi orang Minang Rumah Gadang tetaplah Rumah gadang, Rumah yang di Sakralkan, tapi Rumah Gadang Kami jauh di bukit sana di atas pasar Malalo, Nagari Duo Koto namanya. Tapi rumah gadang kami sudah lama di tinggal, karna sudah sedikit sanak saudara yang tinggal di kampung, rumah yang di tepi jalan Malalo saja sering di tinggal begitu saja.

Untuk tinggal di rumah bersejarah ini tidak saat ini saja pernah aku jalani, namun sewaktu aku belum banyak mengerti tentang semua hal saja aku sudah pernah di tinggal seorang diri bersama nenek dalam waktu cukup lama. Setiap berada di kampung halaman ini ada banyak moment-moment yang sangat ku rindukan yang ingin ku ulang setiap berada di Nagari nan elok ini, mulai dari makan siang di pondok-pondok pesawahan sambil menikmati angin yang tidak hentinya putus-putus berhembus, selain makan siang di pesawahan, juga ada moment yang tidak kala nikmatnya, makan di bawah pohon Katapiang, sambil mencelupkan kaki kedalam danau Singkarak yang tidak pernah tenang itu, ada yang sangat langka ku temukan di kampung halaman ku ini, dan hanya ku lihat di kampung ini pula seumur hidupku bahkan sampai saat tulisan ini ku tulis, saat aku berdiri di depan rumah dan memandang ke arah danau, ada Pohon yang sangat besar ukurannya dan lebat daunnya yang sangat tua umurnya, itulah dia Pohon Katapiang yang buahnya juga dapat dimakan. Belakangan baru aku sadari bahwa ketika candu-candunya aku dengan kegiatan yang tidak terlupakan itu, aku meyakini bahwa inilah Surga Dunia yang sesungguhnya, yang tidak lepas dari angin, tidak pula kering dari air.


Namun ada satu hal yang membuat aku slalu meragu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai letak kampung halamanku, pada suatu sisi aku meyakini bahwa Nagari Malalo nan Elok ini adalah Kampung Halaman ku, di sisi lainnya pula aku harus akui bahwa aku bukan di lahirkan dan berdomisili di Nagari ini. Sungguh anak Rantau yang malang.

Next    : Our Rumah Gadang


0 komentar:

Motivation from Spritual

17.33 Krisna Savindo 0 Comments

     Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula dalam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang yang dikatakan asing. (HR. Muslim)


     Lihatlah cerita orang-orang yang telah mengubah dunia, semuanya diawali dengan penolakan yang dahsyat saat ide itu pertama kali dikemukakan, ketika ikhtiar perubahan itu mulai di jalankan. Mereka dituduh gila, ditertawakan, dianggap merongrong status quo, diasingkan dalam pergaulan sehari-hari dan hal-hal menyakitkan lainnya.

     Lihatlah Nabi Nuh AS yang menyampaikan perintah Allah membangun bahtera atau kapal di tengah bukit padang pasir, Ibrahim menyembelih anaknya, dan saat Rasulullah Muhammad menyampaikan dakwahnya kepada kaum Thaif. Dan dia yang dilempari batu hingga berdarah-darah.

     Begitu juga dengan, Bill Gates, Steve Job, Colombus dan lainnya. Merka mampu mengubah dunia mengawalinya dari sesuatu yang asing, yang belum perna ada sebelumnnay. Inspirasi itu berkobar-kobar saat pertama kali menyetrum kesadaran kita. Tapi biasanya umur inspirasi itu tak panjang.

     Tubuh kita berjalan, bergerak dan bekerja kesana kemari memperjuangkan mimpi-mimpi di luar diri, sementara jiwa gersang, hati nurani tak lagi mendapat tempat tertinggi dalam tubuh yang lelah, dalam pandangan yang kosong tanpa daya.

     Maka, jumlah orang-orang yang bersedia memperjuangkan ide-idenya sepenuh hati sangan sedikit. Sebagian besar dari kita memilih menyerah dari awal atau pertengahan perjalanan karena tidak sanggup menangguang  resiko untuk berbeda, untuk  disalahpahami, untuk dicemooh, untuk dikritik, dan difitnah. Mayorotas kita tidak cukup kuat untuk menelan hinaan-hinaan itu, perlakuan yang merendahkan itu sehingga memilih menukarkan inner voice (suara hati) itu dengan kenyamanan, ketenangan, serta ketentraman.

     Secara tak sadar, kita bahakan mulai ikut-ikutan mengatakan bahwa keajaiban yang dibawa oleh setiap ide baru adalah sesuatu yang tidak logis dan tidak masuk akal, karena saat menjalaninya tanpa hasrat, kita pernah gagal dan menolak bangkit. Ide-ide itu terlihat terlalu tinggi dan sia-sia karena kita tak pernah serius memperjuangkannya. Bahkan , pun saat engkau telah berniat mengubah dunnia, lalu menghidupka siang malammu untuk mengejar itu, belum bisa jadi jaminan bahwa engkau akan mencapainya di ujung umurmu.

     Alam ini punya mekanisme seleksi alam yang kejam tapi adil. Engkau yang tidak bersungguh-sungguh besrsedia bersikap kejam pada dirimu sendiri untuk terwujudnya  ide-ide besar yang kau yakini, akan diperlakukan dengan kejam tanpa basa-basi oleh realitas, oleh hukum sebab akibat, bahkan oleh akal sehatmu sendiri.

     Kecuali engkau termasuk orang-orang jenius, yang hal tersebut bukanlah merupakan keturunan.

  Jenius adalah orang-orang yang mampu mempertanggungjawabkan  kegilaannya. Dan jumlah mereka adalah minoritas.

     Oaring-orang besar yang mengubah dunia, seringkali melakukan tanpa niat yang besar, mereka menggelinding begitu saja mengikuti katahatinya, melakukan apapun yang mereka lakukan denga  suka cita.

     Lalu duniapun berubah karena hal –hal yang sederhana yang mereka lakukan, diiringi dengan kebutulan-kebetulan dan dukungan–dukungan yang mengalir deras dari arah yang tidak pernah mereka perkirakan.

     Beberpa puluh tahun yang lalu saat fajar industri  komputer menjelang, Apple computer dan Microsoft-pun melewati faseyang sama. Juga starbuck, Google, Facebook, serta Twitter.

     Sungguh penting untuk berfikir besar, seperti kata Steve Job, “To put a ding in the Universe.” Tapi, apa yang kemudian sungguh-sungguh mengubah dunia ini dengan kehadiran pemikiran dan tindakan kita adalah sesuatu yang sangat sederhana.

From Book : SPRITUAL CREATIVEPRENEUR
                      By : M Arief Budiaman

0 komentar: