Restore the HMI as Rahim Muslim Intellectual
Mahasiswa sebagai agen of change lah harapan bangsa, insan terdidik, kritis, dan berwawasan yang relatif lama berproses dalam dunia pendidikan. Mahasiswa memiliki peran dan posisi strategis dalam perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara yang mampu membuat perubahan dan mengarahkan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik.
Pada saat sekarang potensi yang dimiliki mahasiswa tidak lagi dimanfaatkan kepada bangsa ini. ketakutan mengolah pemikiran mejadi sebuah ideologi, menurunnya intelektual, dan tidak menariknya wadah-wadah yang mengeksplor kemampuan dan peran mahasiswa menjadi penyebabnya. Sehingga mahasiswa menjadi followers yang tidak begitu bermanfaat bagi individu mereka apalagi untuk bangsa, negara dan masyarakat, tercermin dalam rutinitas mahasiswa saat ini yang kesehariannya beraktifitas hedonis, seperti mahasiswa yang mengobati kejenuhanya dengan mencari hiburan seperti dugem, dan macam kegiatan lainnya.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai salah satu organisasi mahasiswa tidak lagi menarik di mata mahasiswa-mahasiswi saat ini. Dapat dilihat dari jumlah perekrutan dari tahun ke tahun. HMI belum menjawab tantangan zaman, saat ini, HMI masih meneruskan perputaran yang dijalankan kader-kader terdahulu melupakan perubahan zaman di mana mahasiswa saat ini lebih berfikir pragmatis jika tidak ada hal yang kongkrit diterimanya maka mereka tidak akan pernah mau mengkutinya. Kader-kader terdahulu sadar akan meningkatkan kualitasnya, sehingga tidak perlu membuat aktivitas yang memberikan stimulus dengan intens
Seharusnya HmI telah tumbuh dewasa dan matang sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan yang bertanggung jawab atas terwujud masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Bukan malah kehilangan progresifitas ditengah terjadinya degradasi kaum intelektual muslim yang di butuhkan oleh bangsa ini. HmI yang belum mampu menjawab tantangan zaman, dengan kondisi mahasiswa di zaman ini yang tidak begitu berminat untuk berhimpun di HMI dan mahasiswa yang berfikir terlalu pragmatis, megakibatkan sulitnya HMI untuk melahirkan intelektuat-intelektual muslim, yang mana bagian dari modal mewujudkan insan cita dan juga akan diteruskan menjadi masyarakat cita.
Minimnya minat kader dalam meningkatkan kualiatas diri akan pengetahuan dan wawasan, mengharuskan HMI mengembalikan wujud keintelektualan diri kadernya, untuk memunculkan semangat kader HMI dalam aktivitas yang meningkatkan wawasan dan pengetahuan, agar HMI kembali melahirkan intelektual-intelektual muslim.
Upaya dan usaha dalam mewujudkan kembali khitah HMI, yang sejatinya pernah mampu mewujudkan dirinya sebagai rahim Intelektual, harus melakukan muatan dan komitmen untuk mencapai hal tersebut.
Upaya pengukuhan pribadi insan akademis pada setiap kader HmI, sebagai salah satu usaha yg mendasar yang mana seharusnya dapa menjadikan HMI wadah yang terlihat sebagai tempat mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, dan wawasannya baik untuk kuliah maupun diluar perkuliahan, agar ketertarikan mahasiswa-mahasiswa untuk ikut besama-sama meningkatkan kualitas diri akan menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas Intelektual.
Selanjutnya perlunya penanaman sebagai mental untuk meningkatkan pengetahuan seluas mungkin, dengan mengasanya dengan terus berfikir. Karena berfikir menjadi salah satu aktivitas yang dimiliki kaum intelektuak, juga sudah di tekankan dalam Islam. Tuntan berfikir menjadi pengamalan bagi kader-kader HMI sebagai mahasiswa Islam.
Ilmu pengetahuan juga menjadi hal yang paling dibutuhkan. Besarnya ilmu pengetahuan seorang kader memberikan stimulus dalam proses pembentukan intelektualnya, yang mana ilmu pengetahuan bekal untuk mencari kebenaran yang mutlak. Kemudian selain itu pula perlu memberi kesadaran akan wajib hukumnya bagi setiap Muslim untuk menuntut Ilmu.
Dalam memunculkan pemikiran-pemikiran baru, upaya terletak pada kebebasan berfikir, yang memiliki perspektif yang luas. Kebebasanpun harus di dorong oleh keberanian melawan yang salah, dan berani tunduk jika kebenarannya datang.
Melalui pemikiran-pemikiran kader HMI, kader tersebut mampu membentuk dan menciptakan konsep atau sistem untuk diperjuangkan kader-kader HMI dan mampu membawa Ideologi yang dapat mendatangkan sebuah perubahan untuk kebaikan nantinya. Oleh sebab dalam Islam, sebuah keintelektual telah memberi kontibusi yang positif pada perkembangan ilmu, namun keadaan yang semakin mundur pada saat sekarang HmI harus mampu mengembalikan etos intelektual kedalam dirinya, sehingga HMI kembali ke khitahnya sebagai Harapan Masyarakat Indonesia dimana dibuktikan dengan lahirnya Intelektual-intelektual muslim dari HMI.
Poin Penting dari hal-hal perlu di perhatikan HMI untuk berbuat dan memastikan dapat melakukan hala-hal sebagi berikut :
• HmI harus kembali menanamkan nilai-nilai agama yang menuntut kader-kadernya meningkatkan akademis, sebagai langkah awal untuk menjadi intelektual.
• Waktu untuk terus mengeksplor kemampuan meningkatkan intelektual masih banyak dan tidak ada yang tidak mungkin, karna islam sudah pernah membentuknya di masa lalu, kita hanya perlu mengulangnya kembali.
• Komisariat menjadi tempat berjuang, dalam lingkup perkrutan dan pembinaan, sudah harus memiliki kegiata-kegiata seperti diskusi, bedah buku, serta mewajibkan membaca buku yang akan di tindak lanjuti nantinya dengan intens, yang meningkatkan perkuliahan, kualiatas wawasan dan ilmu pengetahauan anggota dan kadenya, dan sudah dapat menghasilkan tulisan-tulisan dari segala jenis ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagai bentuk nyata, perkembangan dan progres yang dimiliki anggota dan kader HmI.
• Tingkat cabang seharusnya memperjelas fungsinya sebagai bagian dari pengkaderan, maka dari itu cabang harus mampu mewadahi dan memfasilitasi forum-forum diskusi sistematis yang mengkutsertakan seluruh komisariat sekawasan.
• Pengurus Besar HmI menurt saya sudah bisa memperjuangkan nilai nilai pemikiran-pimikiran dari intelektual muslim yang lahir dari HmI nantinya.
• Teruslah berusaha dan berjuang jangan pernah berhenti, jadikan intelektual menjadi karakter HmI kembali, berhentilah di saat dipisahkan dengan dunia.
Upaya dan usaha dalam mewujudkan kembali khitah HMI, yang sejatinya pernah mampu mewujudkan dirinya sebagai rahim Intelektual, harus melakukan muatan dan komitmen untuk mencapai hal tersebut.
Upaya pengukuhan pribadi insan akademis pada setiap kader HmI, sebagai salah satu usaha yg mendasar yang mana seharusnya dapa menjadikan HMI wadah yang terlihat sebagai tempat mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, dan wawasannya baik untuk kuliah maupun diluar perkuliahan, agar ketertarikan mahasiswa-mahasiswa untuk ikut besama-sama meningkatkan kualitas diri akan menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas Intelektual.
Selanjutnya perlunya penanaman sebagai mental untuk meningkatkan pengetahuan seluas mungkin, dengan mengasanya dengan terus berfikir. Karena berfikir menjadi salah satu aktivitas yang dimiliki kaum intelektuak, juga sudah di tekankan dalam Islam. Tuntan berfikir menjadi pengamalan bagi kader-kader HMI sebagai mahasiswa Islam.
Ilmu pengetahuan juga menjadi hal yang paling dibutuhkan. Besarnya ilmu pengetahuan seorang kader memberikan stimulus dalam proses pembentukan intelektualnya, yang mana ilmu pengetahuan bekal untuk mencari kebenaran yang mutlak. Kemudian selain itu pula perlu memberi kesadaran akan wajib hukumnya bagi setiap Muslim untuk menuntut Ilmu.
Dalam memunculkan pemikiran-pemikiran baru, upaya terletak pada kebebasan berfikir, yang memiliki perspektif yang luas. Kebebasanpun harus di dorong oleh keberanian melawan yang salah, dan berani tunduk jika kebenarannya datang.
Melalui pemikiran-pemikiran kader HMI, kader tersebut mampu membentuk dan menciptakan konsep atau sistem untuk diperjuangkan kader-kader HMI dan mampu membawa Ideologi yang dapat mendatangkan sebuah perubahan untuk kebaikan nantinya. Oleh sebab dalam Islam, sebuah keintelektual telah memberi kontibusi yang positif pada perkembangan ilmu, namun keadaan yang semakin mundur pada saat sekarang HmI harus mampu mengembalikan etos intelektual kedalam dirinya, sehingga HMI kembali ke khitahnya sebagai Harapan Masyarakat Indonesia dimana dibuktikan dengan lahirnya Intelektual-intelektual muslim dari HMI.
Poin Penting dari hal-hal perlu di perhatikan HMI untuk berbuat dan memastikan dapat melakukan hala-hal sebagi berikut :
• HmI harus kembali menanamkan nilai-nilai agama yang menuntut kader-kadernya meningkatkan akademis, sebagai langkah awal untuk menjadi intelektual.
• Waktu untuk terus mengeksplor kemampuan meningkatkan intelektual masih banyak dan tidak ada yang tidak mungkin, karna islam sudah pernah membentuknya di masa lalu, kita hanya perlu mengulangnya kembali.
• Komisariat menjadi tempat berjuang, dalam lingkup perkrutan dan pembinaan, sudah harus memiliki kegiata-kegiata seperti diskusi, bedah buku, serta mewajibkan membaca buku yang akan di tindak lanjuti nantinya dengan intens, yang meningkatkan perkuliahan, kualiatas wawasan dan ilmu pengetahauan anggota dan kadenya, dan sudah dapat menghasilkan tulisan-tulisan dari segala jenis ilmu pengetahuan yang dimiliki sebagai bentuk nyata, perkembangan dan progres yang dimiliki anggota dan kader HmI.
• Tingkat cabang seharusnya memperjelas fungsinya sebagai bagian dari pengkaderan, maka dari itu cabang harus mampu mewadahi dan memfasilitasi forum-forum diskusi sistematis yang mengkutsertakan seluruh komisariat sekawasan.
• Pengurus Besar HmI menurt saya sudah bisa memperjuangkan nilai nilai pemikiran-pimikiran dari intelektual muslim yang lahir dari HmI nantinya.
• Teruslah berusaha dan berjuang jangan pernah berhenti, jadikan intelektual menjadi karakter HmI kembali, berhentilah di saat dipisahkan dengan dunia.
0 komentar: