Teknologi and Economic Islam
Membahasa sedikit mengenai teknologi. Teknologi
bukan menjadi kosakata yang asing saat ini, teknologi telah menjadi suatu hal
yang sangat melakat dalam peradaban manusia itu sendiri yang mana telah menjadi
penentu arah dan alur kehidupan manusia, sebab teknologi sudah mengiringi umat
manusia sehingga sampai pada era globalisasi saat ini.
Tak
dapat dipungkiri bahwa teknologi telah hadir dalam kehidupan manusia mulai saat
manusia bangun dari tidurnya sampai saat manusia itu sendiri kembali tidur.
Jadi teknologi itu sendiri menjadi hal yang menarik untuk dibahas dalam kondisi
kekinian, yang mana juga sangat perlu dilihat dalam konteks paham ekonomi
Islam, di mana Islam juga ikut berkontribusi dalam perdaban perkembangan
teknologi itu sendiri.
Teknologi
adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari
sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo
(1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan
(engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu
science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu
pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai
ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam
interaksinya satu terhadap lainnya.
Definisi
mengenai sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana pemecahan masalah
mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu
peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur politik dan sosialnya
atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai
perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik,
intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh
suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah sarana yang
pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari
pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222)
menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang
diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai peralatan teknisnya).
Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk
menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.
Meninjau
kembali dari banyak perspekti tentang teknologi yang secara umum sangat dekat
hubungannya dalam ruang lingkup ekonomi, yang mana akan selalu berdampingan
dengan pengguna, sebab teknologi menjadi sebuah alat yang diciptakan oleh
manusia yang kelak akan menggunakannya pula, namun kembali melihat kenetralan
teklogi yang dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap kelangsungan
hidup manausia, maka perlunya peninjauan dari sudut pandang Syaria’at Islam yg
memiliki sudut pandang selamat dan menyelamatka.
Untuk
mengawali pembahasan teknologi dalam ekonomi Islam perlu kita kemballi melihat
dan mengenal kembali teknologi itu sendiri secara umum, agar memiliki koperasi
yang nantinya mampu memperluas cakupan sudut pandang, salahsatunya kita dapat
melihahat definisi dan penggunaan teknologi yang dipaparkan oleh wikipedia
sebagai berikut :
Penggunaan
istilah 'teknologi' (bahasa Inggris: technology) telah berubah secara
signifikan lebih dari 200 tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah ini
tidaklah lazim dalam bahasa Inggris, dan biasanya merujuk pada penggambaran
atau pengkajian seni berguna. Istilah ini seringkali dihubungkan dengan
pendidikan teknik. Istilah technology mulai menonjol pada abad ke-20 seiring
dengan bergulirnya Revolusi Industri Kedua. Pengertian technology berubah pada
permulaan abad ke-20 ketika para ilmuwan sosial Amerika, dimulai oleh Thorstein
Veblen, menerjemahkan gagasan-gagasan dari konsep Jerman, Technik, menjadi
technology. Dalam bahasa Jerman dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, perbedaan
hadir di antara Technik dan Technologie yang saat itu justru nihil dalam bahasa
Inggris, karena kedua-dua istilah itu biasa diterjemahkan sebagai technology.
Pada dasawarsa 1930-an, technology tidak hanya merujuk pada 'pengkajian'
seni-seni industri, tetapi juga pada seni-seni industri itu sendiri. Pada tahun
1937, seorang sosiolog Amerika, Read Bain, menulis bahwa technology,
"teknologi meliputi semua alat, mesin, aparat, perkakas, senjata,
perumahan, pakaian, peranti pengangkut/pemindah dan pengomunikasi, dan
keterampilan yang memungkinkan kita menghasilkan semua itu". Definisi yang
diajukan Bain masih lazim dipakai oleh kaum terpelajar hingga saat ini,
terkhusus ilmuwan sosial. Tetapi ada juga definisi yang sama menonjolnya, yakni
definisi teknologi sebagai sains terapan, khususnya di kalangan para ilmuwan
dan insinyur, meskipun sebagian besar ilmuwan sosial yang mempelajari teknologi
menolak definisi ini. Yang lebih baru, para kaum terpelajar telah meminjam dari
para filsuf Eropa, technique, untuk memperluas makna technology ke berbagai
macam bentuk nalar instrumental, seperti dalam karya Foucault tentang
techniques de soi, yang diterjemahkan sebagai technologies of the self atau
teknologi diri.
Teknologi,
paling luas, dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun takbenda, yang
diciptakan secara terpadu melalui perbuatan dan pemikiran untuk mencapai suatu
nilai. Dalam penggunaan ini, teknologi merujuk pada alat dan mesin yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata. Ia adalah istilah
yang mencakupi banyak hal, dapat juga meliputi alat-alat sederhana, seperti
linggis atau sendok kayu, atau mesin-mesin yang rumit, seperti stasiun luar
angkasa atau pemercepat partikel. Alat dan mesin tidak mesti berwujud benda;
teknologi virtual, seperti perangkat lunak dan metode bisnis, juga termasuk ke
dalam definisi teknologi ini.
Kata
"teknologi" juga dapat digunakan untuk merujuk sekumpulan
teknik-teknik. Dalam konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat
ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan
produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau
memuaskan keinginan; ia meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik,
perangkat, dan bahan mentah. Ketika dipadukan dengan istilah lain, seperti
"teknologi medis" atau "teknologi luar angkasa", ia merujuk
pada keadaan pengetahuan dan perangkat disiplin pengetahuan masing-masing.
"Teknologi state-of-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus
tercanggih) merujuk pada teknologi tinggi yang tersedia bagi kemanusiaan di
ranah manapun.
Teknologi
dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah kebudayaan. Selain
itu, teknologi adalah terapan matematika, sains, dan berbagai seni untuk faedah
kehidupan seperti yang dikenal saat ini. Sebuah contoh modern adalah bangkitnya
teknologi komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama manusia,
dan sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru;
bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan komputer.
Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif; teknologi
dapat juga membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan melalui alat
seperti pistol atau bedil. Sebagai suatu kegiatan budaya, teknologi memangsa
ilmu dan rekayasa, yang masing-masing memformalkan beberapa aspek kerja keras
teknologis
Antara
Sains dan Teknologi memiliki keterkaitan yang sangat erat juga mempunyai peran
dan fungsi yang sama. Keterkaitan antara sains dan teknologi adalah keberadaan
teknologi merupakan aplikasi seluruh konsep yang terdapat di dalam sains.
Adapun dalam hal peran dan fungsinya, sains dan teknologi sama-sama sebagai
sarana (tools) untuk menggali sumber daya
alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia di dunia.
Islam
tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat
mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimentasi dalam hal
apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah
termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat
Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai
khalifah di muka bumi untuk dikelolah dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Islam
sangat menganjurkan kepada umat manusia untuk senantiasa memberdayakan rasionya
(i’mal al-aql) guna memikirkan dan
merenungkan ciptaan-ciptaan Allah Swt yang ada di alam semesta. Ayat al-Quran
pertama kali turun adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5.
Pada
ayat tersebut Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca yang selanjutnya harus dilakukan oleh
umatnya. Perintah tersebut mengandung arti agar umat Islam melakukan pengkajian
(tadabbur), penalaran (i’mal al-‘aql), pengamatan secara empiris
(ibshar),memahami (tafaqquh), berpikir (tafakkur), dan perenungan dan
kontemplasi (tadzakkur). Keenam langkah tersebut adalah interpretasi dari kata
Iqra’ yang terdapat dalam al-Quran surat al-‘Alaq ayat pertama.Dengan melakukan
pengamatan secara empiris di lapangan, maka akan lahir ilmu pengetahuan yang
positif, yaitu pengetahuan tentang realitas obyektif (ayatun bayyinah) yang
menimbulkan sains-sains baru seperti sains fisika, biologi, kimia, astronomi
dan sains-sains lainnya yang sekarang telah tersebar dan berkembang di muka
bumi.
Keberhasilan
sains Barat dalam memajukan ilmu pengetahuan, ternyata tidak sebanding dengan
manfaat yang diperoleh manusia secara keseluruhan. Apa yang telah dilakukan
saintis Barat, sesungguhnya bukan sekedar membangun kemajuan teknologi yang
dibanggakan. Lebih dari pada itu, para saintis Barat telah mengantarkan
kehidupan manusia pada gerbang kehancuran, karena dari pencapaian tersebut
kehidupan manusia semakin mengalami malapetaka yang tidak terbantahkan.
Kondisi
tersebut telah lama difikirkan oleh para pemikir optimisme kebudayaan di mana mereka
pada walnya telah berfikir bahwa pengetahuan yang berkenbang seperti teknologi manusia pasti
akan membuat kemajuanbesar, namun pemikiran seperti itu berubah beriringnya
berlalu satu dasawarsa, yang mana tidak lagi diyakini akan sepenuhnya membawa
kebaikan.
Pada
tataran yang lebih luas, sebagian saintis sudah ada yang mulai terbongkar
epistemologinya. Sebagai sebuah contoh dapat kita lihat dari tokoh semisal
Richard Tarnas dan Thomas S. Khun. Richard Tarnas menyatakan bahwa sains Barat
saat ini sedang memasuki “krisis global” sebuah krisis yang multidimensional
yang mengakibatkan kehidupan manusia semakin terpuruk. Sains memang telah
berhasil membantu manusia dalam mensejahterakan hidup, akan tetapi akibat yang
ditimbulkan jauh lebih parah dibandingkan dengan kemajuannya.Menurut konsep
kaidah fiqih Islam:
“Mencegah kerusakan dari sesuatu harus lebih
didahulukan dari pada menarik manfaat dari sesuatu tersebut”.
Melihat kondisi demikian, saintis Islam tidak perlu
mencontoh apa yang telah diraih oleh santis Barat.Mengingat paradigma yang
dibangun dalam sains Barat tidak berbasiskan pada nilai dan etika.
Sains
Islam sebagaimana dibuktikan dari sejarahnya, jelas berusaha untuk menjunjung
dan mengembangkan nilai-nilai dari pandangan dunianya dan peradaban Islam,
tidak seperti sains barat yang berusaha mengesampingkan semua masalah yang
menyangkut nilai-nilai.Ciri yang unik dari sains Islam berasal dari
penekanannya akan kesatuan agama dengan sains, pengetahuan dengan nilai-nilai,
fisika dengan metafisika.Penekanannya pada keragaman metode dan penggunaan
sarana-sarana yang benar untuk meraih cita-cita yang benar itulah yang
memberikan gaya yang khas pada sains Islam, dan keharmonisan menjadi ciri
utamanya.
Menurut
konsep Islam sains dan teknologi harus berorientasi pada nilai-nilai berikut :
1. Ilmu
pengetahuan dipergunakan sebagai sarana (tools) untuk menyempurnkan ibadah
kepada Allah, karena tujuan Allah menciptakan jindan manusia adalah untuk
beribadah kepadanya. QS. Adzariyat : 56
2. Alam
semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah Swt. QS. Thaha: 6
3. Alam
semesta beserta isinya merupakan nikmat Allah Swt. Yang dianugerahkan kepada
umat manusia. QS.Luqman:20
4. Alam
yang dikaruniakan Allah Swt. harus dinikmati dan dimanfaatkan dengan tidak
melampaui batas-batas ketentuan-Nya. QS. Al-A’raf : 31.
5. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang digunakan tidak boleh menimbulkan kerusakan
(mafsadah) apalagi mengancam kehidupan manusia. QS.Al-Ankabut: 36.
6. Ilmu
pengetahuan dan teknologi dipergunakan untuk mndapatkan kebahagiaan hidup dunia
dan akhirat. QS. Al-Baqarah: 201.
Salah
satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah
mewariskan sejumlah teori tentang alam semesta dan cara-cara mengaplikasikan
pengetahuan tentangnya. Sarjana-sarjana Muslim pada sekitar abad 9 – 13 M telah banyak mencontohkan dan mengujicobakan
hubungan ilmu pengetahuan (sains) dengan cara penerapannya (teknologi).
Mereka
bukan hanya ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga anugerah
yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, terutama pada
masa-masa kejayaan Abbasiyah di Baghdad. Sebelum melahirkan teknologi,
pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil
temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang
berasal bukan hanya dari dalam doktrin Islam saja.Kebanyakan pengetahuan tentang
hukum-hukum alam, ilmu ukur dan matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu
gaya dan berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani,
Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu
sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai
dasar-dasar bagi pengembangan teknologi.
Beberapa
contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan Hellenisme
Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan,
matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya. Dalam bidang matematika
kontribusi Islam telah mengenalkan sistem bilangan India, dengan mengenalkan
bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.).Hal ini telah mempermudah bagi
proses penghitungan berikutnya, sekalipun dengan jumlah kelipatan yang sangat
panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizm
(w.875), selanjutnya Abul Hasan al-Uqdisy (w.953), Umar Khayyam (w.1131).
Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa,
apalagi sejak diterjemahkan risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para
raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan
salah satu tokoh yang paling terkenal dalam membuat ramalan-ramalan perbintangan,
karyanya , Kitab al-Uluf.
Adapun tokoh tokoh terkenal lainnya yg juga memiliki kontribusi pada sains dan teknologi yaitu seperti dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic yang dikembangkan oleh Ibn al-Haitsam, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi spesifik dan juga Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi (865-925 M) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya.
Di
dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama
halnya dengan Ibnu Sina, sehingga gambaran kedua ilmuwan Muslim ini dapat
menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga dianggap sebagai orang
yang menemukan benang fontanel (yang
dipakai dalam ilmu bedah). Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman
Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam
bidang sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai
perintis ilmu dan pakar di bidang sosiologi modern. Bukunya yang berjudul
“Muqaddimah”, merupakan bagian dari karyanya yang terbesar, dan Masih banyak
penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam.
Sains
dan teknologi pun juga sudah jauh muncul sebelum masehi dimana adanya korelasi
antra Teknologi dengan islam itu sendiri. Yang mana korelasi tersebut dapat
kita lihat pada ayat Al-Qur’an dari sebuah Surat Al-Anbiyaa ayat ke-80:
وَعَلَّمْنَاهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ
مِنْ بَأْسِكُمْ فَهَلْ أَنْتُمْ شَاكِرُونَ
Artinya: Dan telah Kami ajarkan kepada Daud
membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka
hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).
Menurut
tafsir yang ada pada kitab Al-Qurthubi, ayat ini merupakan pokok landasan
tentang upaya pembuatan alat-alat dan sebab-sebab. Allah Ta’ala telah
mengabarkan tentang Nabi Daud AS, bahwa ia membuat baju besi, teropong, dan
makan dari hasil kerjanya sendiri. Sementara Adam adalah seorang petani, Nuh
seorang tukang kayu, Luqman seorang penjahit, dan Thalut adalah penyamak kulit
Jadi,
berdasarkan tafsir di atas Islam menganjurkan untuk menciptakan atau
menggunakan alat yang dapat memudahkan pekerjaan kita. Itulah teknologi, dan
ternyata ide pemanfaatan teknologi ini ada di dalam Al-Qur’an. Teknologi itu
memang memiliki dua sisi. Dia bisa bermanfaat jika digunakan dengan tujuan yang
baik, atau bisa menjadi musuh jika digunakan untuk tujuan yang tidak baik.
Berangkat dari kedudukan
sains dan tekhnologi pada saat ini tekhnologi itu sendiri sudah menjadi alat
yang membantu kehidupan manusia mulai dari membantu dalam memproduksi hingga
memproduksi tekhnologi itu kembali yang mana akan menjadi sebuah konsumsi bagi
umat manusia maka oleh karena itu perlunya melihat maslahah dari tekhnologi
yang di konsumsi.
A. Maslahah
dalam Konsumsi Tekhnologi
Asumsi menyatakan konsumen
akan cenderung untuk memilih barang atau tekhnologi yang memberikan maslahah
yang besar pada diri sendiri dengan keyakinan bahwa ada kehidupan dan
pembalasan yang adil di akhirat, serta informasi yang berasal dari allah adalah
sempurna akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan konsumsi yang
mana kandungan dari maslahah terdiri dari manfaat dan berkah. Sebab dalam
ekonomi islam konsumen harus mempertimbangkan manfaat dan berkah yang di
hasilkan dari produk atau tekhnologi yang di konsumsinya, salah satu contohnya
yang sangat dekat dalam kehidupan kita ketika kita menonoton tv di pagi hari
maka ia bisa memilih bermacam-macam chanel, di antaranya berita politik dan hukum, berita kriminal,
film kartun, hiburan musik atau siaran lainnya. Namun sebagai konsumen yang
selalu mempertimbangkan manfaat dan berkah yang di konsumsinya maka chanel yang
akan di pilih yang memberikan manfaat atau maslahah yang besar, contoh lain
dalam bidang tekhnologi juga dapat kita lihat antara laptop dan tablet secara
nilai konsumsi tetap harus di pertimbangkan dalam penggunaannya sebelum membeli
salah satu atau keduanya, dalam kehidupan nyata banyak orang memiliki laptop
dan tablet namun ketika dalam fungsi dan penggunaannya tidaklah jauh berbeda
terkadang malah di antara keduanya ada yang tidak terpakai sehingga barang
tersebut ada yang tidak berdaya guna sehingga terlihat mengahmbur-hamburkan
harta secara boros seperti yang di tegaskan dalam al-qur’ann surat al-isra’
ayat 26 yang artinya “dan berikanlah
haknya kepada kerabat dekat juga kepada orang miskin yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros”. Seharusnya
sebagai konsumen yang baik tetap harus memilih di antara laptop dan tablet
untuk di gunakan dengan mencari maslahah yang besar di antaranya yang mana
untuk menilai hal tersebut penjumlahan antara manfaat dan berkah sehingga dapat
memberikan penilaian dalam menentukan tekhnologi mana yang akan di beli untuk
di gunakan. Pada kondisi ini pula dapat di pertimbangkan antara kebutuhan dan
keinginan dengan karakteristik sumber menjadi fitrah manusia pada kebutuhan
hasil manfaat dan berkah pada kebutuhan ukuran menjadi fungsi pada kebutuhan,
sifat haruslah objektif dan tuntunan islam di penuhi dalam kebutuhan,
pada ini semua berfungsi untuk menanggulangi kenetralan tekhnologi yang kita
konsumsi sehingga apa yang kita konsumsi pun tidak menjadi ssesuatu yang tidak
bermanfaat.
B. Tekhnologi
dan Produsen
Tujuan produksi menurut
islam menyediakan barang dan jasa yang memberikan maslahah maksimuum bagi
konsumen secara lebih spesifik tujuan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan
yang bisa di wujudkan berbagai bentuk di antaranya:
1.
Pemenuhan
kebutuhan manusia pada tingkat moderat; yang mana pemenuhan sarana kebutuhan
manusia pada takaran moderat yang mana tekhnologi atau barang yang di produksi
menjadi suatu kebutuhan untuk tujuan memberikan manfaat ril yang islami, bukan
sekedar memberikan kepuasan maksimum bagi konsumen.
2.
Menentukan
kebutuhan masyrakat dan pemenuhannya; dari sini di jelaskan kuantitas produksi
tidak akan berlebihan tetapi hanya sebatas kebutuhan yang wajar yang mana
ketika lebih maka akan muncul kemubaziran.
3.
Menyiapkan
barang atau tekhnologi di masa depan; di sini produssen di tuntut proaktif
dalam memproduksi atau mengembangkan tekhnologi kreatif dan inovatif yang akan
di butuhkan oleh manusia.
4.
Pemenuhan
saran bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah; hal ini menjaadi tujuan
terakhir merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dari ajaran islam
dengan kata lain tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik
belum tentu di rasakan oleh penguasa itu sendiri, dan produksi juga tidak akan
selalu menghasilkan keuntungan material.
C. Formulasi
Maslahah Bagi Produsen
Melihat perlunya maslahah
dalam konsumsi, maka perlu juga melihat bagaimana maslahah bagi produsen dalam
memproduksi tekhnologi. Dalam penghitungan maslahah bagi produsen dapat di
hitung dengan dari keuntungan atau profit di jumlahkan dengan berkah dari
produksi.
Teknologi
sebagai alat yang sudah sejak lama beriringan jalan dengan umat manusia yang
selalu berkembang dan terus memiliki inovasi-inovasi, yang mada pada saat ini
teknologi itu sendiri selalu hadir di manapun kita berada, karna teknologi
keberadaannya di perumtukan kepada umat manusia dalam mempermudah segalahal,
menghapus batasan-batasan dll. Namun teknologi tetaplah teknologi, ia memiliki
ke netralan, hakikat kenetralan teknologi itu dapat mengakibatkan kebaikan dan
dapat pula mengakibatkan keburukan. Sejak lama pula teknologi sudah banyak yang
di kembangkan, sebagian itulah mereka para tokoh-tokoh islam yang telah di sampaikan tadi, para tokoh tersebut dalam
penciptaan, dan pengmbangan yang mereka lakukan haruslah penuh pertimbangan
agar tidak berujung pada keburukan, karna seharusnya teknologi pun di konsumsi
dan di produksi hendaklah untuk mendapatkan maslahah agar dapat mencapai falah,
sebagai mana yang di jelaskan dalam ekonomi islam.