Normality of Human Life Part I

11.27 Krisna Savindo 1 Comments

     Saya sendiri masih tercengang membayangkan anak yang berumur 15 tahun mencoba mencari jawaban atas satu pertanyaan yang sulit dimengerti dan dijawabnya, pertanyaannya "Siapa dirimu?" jika kita hanya memahami sebatas tekstual dan sebatas melihat dalam keseharian pastilah hanya sebuah nama yang akan muncul, kemudian, status, umur, anak dari sepasang kekasih, tinggal di daerah, jalan, no rumah, sekolah dan banyak lainnya.

     Tapi pertanyaan ini sangat bodoh, karena pertanyaannya dikirim seseorang melalui surat, dan di surat tersebut jelas ditujukan untuknya, lalu buat apa si pengirim bertanya lagi?

     Berangkat dari situlah anak berumur 15 tahun yang bernama Sophie Amundesen mencari jawaban pertanyan tersebut dalam "Dunia Sophie" Tunggu...!! saya tidak akan membahas Sophie.




     Manusia dalam penciptaan nya memiliki berbagai macam cerita dan pandangan, dalam Bibel adam yang hidup sebagai manusia pertama, diberikan pasangan yang bernama hawa yang tercipta dari tulang rusuknya, dan hidup dalam surga bersama, namun mereka melanggar sebuah larangan yang sudah diwanti-wanti sejak awal oleh penciptanya, tapi mereka melakukan hal tersebut, memakan buah yang ada di surga, akibatnya setelah itu di usirlah mereka berdua.

    Paham naturalistik dengan menganggap manusia bagian dari alam, sebab hanya menerima alam dan dunia indra sebagai realitas. paham ini datang menolak fenomena takhayul rasionalistik termasuk terhadap wahyu dalam bentuk apa pun diantaranya Darwin dan teori evolusinya.

     Mungki dulu banyak orang yang menerima teori nya tapi kini tidak, banyak yeng menentang dan membantah, dalam berjalannya waktu. 

      Seorang manusia ketika dia lahir, yakin lah bahwa dia tidak tau sama sekali harus melakukan apa, ya itu wajar, seorang manusia, pasti juga tidak mengerti untuk apa dia dilahirkan, lebih wajar lagi karna dia tidak tau apa-apa. Tapi dia harus menerima kenyataan kalau dia dilahirkan oleh seorang Perempuan dan Laki-laki yang tidak dia kenali, dan tidak dimintai persetujuannya atas nama yang diberikan kepadanya. Belum lagi kenyataan yang pahit lainnya yang harus diterimanya, terlahir dari keluarga, yang belum tentu sanggup untuk membiayai nya hingga dia besar nanti, hilanglah kesempatan menjadi kaya yang pertama.

     Dalam pertumbuhan manusia, pelan-pelan dia akan memiliki karakter sendiri, banyak yang mengatakan bahwa karakter berasal dari keturunan gen, namun bagi ku tidak, seorang manusia memiliki karakter dan sifat manusia itu terletak dengan siapa dia tumbuh besar. Teori adaptasi lingkungan.

      Simiskin pastilah tumbuh bersama kedua orang tuanya, sebab tak mampu untuk menggaji pembantu atu pengasuh anak. Maka miriplah sifat dan karakternya dengan kedua orang tuanya.

      Untuk yang lahir dari keluarga kaya, dia memiliki kesempatan besar untuk jadi orang kaya, tapi karna kesibukan dengan kekayaan keluarganya, kedua orang tuanya akan menggunakan jasa pembantu, atau pengasuh anak, maka berhati-hatilah, untung-untung dapat yang baik, kalau yang buruk, maka seperti merekalah karakter dan sifat anak tersebut. Kalau ingin lebih jelas, coba perhatikan saja.

     Ada yang harus kita pdahami bersama, bahwa sekolah atau pendidikan yang pertama adalah rumah, yang mana kedua orang tua memiliki peran penting dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya, sebab berangkat dari rumah lah kelak akan cerminan seorang anak akan tanpak dalam kehidupan sosialnya, baik dalam masyarakat, sekolah.

     Perlu perhatian khusus dalam melakukan pembinaan, mulai dari memberi masukan positif, cara berkomunikasi, tata kramah, sopan santun, dan banyak hal yang harus dimulai dari rumah. Banyak hari ini, orang tua melupakan tugas itu, mereka menganggap bahwa, ketika anak setelah dimasukkan ke sekolah, maka sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap anak mereka. Sekolah memang memiliki kewajiban, dalam hal memberikan pembinaan tapi pembinaan tersebut tidak mendapatkan hasil yang instan, yang mampu memberikan perubahan yang signifikan terhadap anak.

       Dulu ada Taman Kanak-kanak sebagai pendidikan paling dini, kini sudah ada Play Goup, kemudia Sekolah Dasar, diikuti dengan sekolah pendidikan Ibtidaiyah Muhammaddiyah, untuk yang muslim, kemudian  Sekolah Menengah Pertama, atau MTSN, dilanjutkan  dengan Sekolah Menengah Atas atau MAN dan SMK untuk kejuruan. tingkat menengah atas menjadi sbuah proses di mana manusia ABG, mencari jati diri mereka, memanfaatkan situasi kondisi untuk berekspresi, ada yang liar dan brutal, ada yang lurus-lurus mengikuti aturan dan norma, dan ada jenis baru pada saat ini dikenal dengan ABABIL, jadi teringat sekomplotan burung, tapi ababil yang dimaksud di sini yaitu Anak Baru Gede Labil.

     Bagi ku tidak ada masalah apapun proses yang dijalani oleh seorang manusia dalam berekspresi mencari jati diri, yang harus diingat sejauh mana dan sampaikapan akan menjalaninya. Perlu ada nya deadline, atau perlu waktu untuk berhenti, pada waktu dan kondisi yang tepat.

     Sebenarnya ada yang ketinggalan, untuk mereka yang dikekang seperti di penjara dengan aturan-aturan yang ketat, ada beberapa pandangan mengenai mereka yang masuk dalam penjara tersebut. pertama karna terlalu nakal seorang manusia tersebut, kedua yang orangtuanya tidak mampu untuk mengurus nya, ketiga karna manusia tersebut yang menginginkan, dan yang terakhir, karna orang tua ingin anaknya belajar agama dan bisa mandiri. Tempat ini sering kita sebut dengan Pondok Pesantren, ada yang mode Salafi dan Moderen. Proses bagi mereka yang berada di tempat ini tidak jauh beda dengan mereka yang di luar, namun mereka akan banyak melanggar aturan dengan berekspresinya mereka.

      Kebebasan seorang anak dalam berekspresi, mencari jati dirinya harus tetap ada peran kontroling dari orang tua, agar fase ini dapat berjalan dengan baik, dan tidak kebablasan tanpa ada batas waktu, yang nantinya akan mengantisipasi larutnya hal-hal yang tidak diinginkan.

1 komentar:

  1. Dalam dalam kajian tentang otak, ternyata apa yang terjadi muka bumi ini hanyalah sebatas ketidak pastian, ketidakpastian tersebut mengindra dalam tubuh kita menjadi sebuah realitas-

    Bila secara filosofis kita memahami realitas hidup, ada benarnya juga karena tidak ada yang pasti dalam kehidupan selain, Yang pasti adalah apa yang di berikan Tuhan yang termanifestasi dalam Fisik dan Norma
    apa itu Fisik dan Norma

    Itulah sebenarnya PArameter yang Normal dalam kehidupan Manusia

    "kalau sudah ada yang pasti, nagapin kepada yang meragukan"

    BalasHapus